Katib ‘Aam PBNU: Ansor Emban Amanah Keagamaan dan Kebangsaan
Selasa, 26 April 2022 | 05:12 WIB
Jakarta, NU Online
Katib ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Akhmad Said Asrori menegaskan bahwa tugas Gerakan Pemuda (GP) Ansor adalah menjadi garda terdepan di dalam menjaga akidah Ahlussunnah wal Jamaah, menjaga para kiai NU, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tugas-tugas ini menjadi rangkuman dari dua amanah atau tanggung jawab besar yang juga menjadi tugas bagi seluruh warga dan kader NU di mana pun berada. Kedua amanah itu adalah amanah diniyah (keagamaan) dan amanah wathaniyah (kebangsaan).
Hal tersebut diungkapkan Kiai Said Asrori dalam Peringatan Hari Lahir (Harlah) Ke-88 GP Ansor di Kantor Pimpinan Pusat (PP) GP Ansor, Jalan Kramat Raya 65, Jakarta Pusat, pada Ahad (24/4/2022) malam.
Baca Juga
Inilah Mars GP Ansor dan Banser
“Seluruh pengurus warga NU dan seluruh badan otonom, termasuk Ansor, harus meyakini seyakin-yakinnya bahwa akidah kita adalah akidah Islam ala Ahlussunnah wal Jamaah tanpa harus menyalahkan akidah-akidah yang lain. Kita yakini nahnu ashabul haq, pemilik kebenaran, tanpa harus menyalahkan dan menyesatkan kelompok lain,” tegas Kiai Said Asrori.
Ia menegaskan bahwa tanggung jawab keagamaan itu harus selalu didengungkan, disampaikan, dan dilakukan sehingga seluruh warga NU bisa menghormati, mengayomi, dan melindungi semua orang tanpa melihat latar belakang seseorang.
“Apalagi Ansor yang didirikan dalam rangka menghormati, melindungi, menjaga akidah Aswaja dalam rangka merawat warga masyarakat tanpa pandang bulu. Sehingga Ansor di dalam usia 88 tahun punya pengalaman, berkhidmah, melakukan gerakan-gerakan yang terukur dan berhasil,” katanya.
Selain itu, Ansor dan seluruh warga NU pada umumnya wajib melaksanakan tanggung jawab atau amanah kebangsaan yakni dengan menjaga tanah air Indonesia. Sebab Allah telah memberikan karunia kepada bangsa Indonesia berupa bumi dan tanah yang subur.
Bahkan di dalamnya terdapat berbagai keragaman yang patut untuk disyukuri sebagai anugerah. Kiai Said Asrori mencontohkan, hanya di Indonesia terdapat perbedaan pandangan keagamaan tetapi satu sama lain bisa saling menghargai. Misalnya dalam menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri.
“Kalau awal puasa, kita tidak pernah dengar di negara mana pun itu dimulai pada hari yang berbeda. Di Indonesia ini luar biasa. Permulaan puasa berbeda. Ini karunia Allah. Nanti hari raya, kadang-kadang tidak hanya satu-dua hari, bahkan tiga hari. Ini karunia. Sehingga masing-masing bisa memahami dan menghargai,” katanya.
Sikap saling menghormati terhadap perbedaan pandangan di Indonesia itu, menurut Kiai Said Asrori, merupakan bagian dari upaya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
“Kita diberi karunia luar biasa. Negara yang bukan berdasarkan agama tapi juga bukan sekuler. Negara berdasarkan ideologi Pancasila yang bisa menyatukan seluruh warga Indonesia. Maka ini bagian tanggung jawab yang harus kita jaga bersama-sama, dan di sini Ansor-Banser menjadi garda terdepan,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Umum PP GP Ansor H Yaqut Cholil Qoumas juga mengingatkan kepada seluruh kader Ansor dan Banser se-Indonesia untuk tidak pernah lelah mencintai Indonesia. Karenanya, Ansor dalam Harlah ke-88 tahun ini mengusung tema ‘Berkhidmat Tanpa Batas’.
Menurut Gus Yaqut, tema itu mengandung makna sangat dalam. Salah satunya bermakna bahwa di dalam berorganisasi, tidak ada mandat lain kecuali berkhidmah. Tidak ada mandat untuk mencari untung dan memperkaya diri sendiri. Sebab khidmat Ansor hanya dilakukan kepada kiai dan NKRI.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Muhammad Faizin