Katib ‘Aam PBNU Sebut Tiga Syarat agar Muslim Dapat Rasakan Manisnya Iman
Rabu, 27 April 2022 | 21:00 WIB
“Seperti pada saat Ramadhan ini kita menjalankan puasa, tarawih, witir, dan amalan-amalan baik lainnya hanya semata-mata karena Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah,” pungkas Kiai Said Asrori.
Jakarta, NU Online
Katib ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Akhmad Said Asrori mengutip sebuah hadits Rasulullah yang menyebutkan tentang tiga syarat agar seorang Muslim bisa merasakan manis dan nikmatnya iman.
“Rasulullah bersabda, seseorang itu akan mendapatkan manisnya iman, nikmatnya iman, mana kala ada tiga hal pada seseorang itu,” ungkap Kiai Said Asrori dalam sebuah tayangan video di TVNU (https://www.youtube.com/watch?v=NOL-kqG35nI), diakses NU Online, pada Rabu (27/4/2022).
Pertama, seseorang akan mendapatkan dan menikmati manis jika pada dirinya terdapat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi dari cinta kepada apapun.
“Cinta adalah pekerjaan hati nurani untuk lebih memperhatikan kepada sesuatu atau seseorang. Cinta kita, perhatian lebih kita, diupayakan nomor satu adalah Allah dan yang kedua adalah Rasulullah. Ini syarat pertama,” kata Kiai Said Asrori.
Kedua, umat Islam dapat merasakan kenikmatan dan manisnya iman apabila mampu mencintai orang lain karena Allah, bukan karena perkara dunia seperti harta, kekayaan, dan jabatan.
“Kita semua harus mencintai orang lain, tetapi cinta kita karena Allah. Kita berupaya agar mencintai istri, saudara, anak, didasari karena Allah. Orang yang bisa mencintai orang lain karena Allah, dia akan memberikan perhatian penuh agar orang yang dicintai itu selalu diingatkan manakala melakukan hal-hal yang melanggar aturan, hukum, atau amalan-amalan yang bisa menyengsarakan dia,” terang Kiai Said Asrori.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa cinta karena Allah itu bisa dilakukan dengan mengingatkan dan memberikan nasihat yang baik. Bahkan, berani melarang apabila orang yang dicintai itu akan melakukan pekerjaan yang bisa menjerumuskannya.
“Kita bisa melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Persaudaraan atau persahabatan yang didasari karena cinra Allah luar biasa. Pada tingkat yang lebih tinggi. Seperti cinta ibu kepada anaknya. Ibu tidak rela anaknya jatuh dari pohon, meskipun sang anak itu akan merasa kehilangan kebahagiaan jika dilarang naik pohon. Tapi ibu akan melarang itu sebagai rasa cinta kepada anaknya karena Allah,” jelas Kiai Said Asrori.
Ketiga, seorang yang akan mendapatkan atau menikmati manisnya iman adalah ketika mampu menjaga keimanan. Orang seperti ini tidak memiliki keinginan untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana dia tidak senang apabila dimasukkan di dalam bara api.
“Kalau kita melihat bara api, kita tentu akan menghindari agar kita tidak terbakar. Nah kita menghindari kekufuran seperti menghindari api yang akan membakar kita, sehingga kita menjauhi perkara-perkara yang menyebabkan kekufuran,” terangnya.
Kiai Said Asrori lantas mengajak umat Islam untuk mengupayakan agar di dalam diri terdapat tiga hal itu untuk bisa mendapatkan manisnya iman.
“Seperti pada saat Ramadhan ini kita menjalankan puasa, tarawih, witir, dan amalan-amalan baik lainnya hanya semata-mata karena Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah,” pungkas Kiai Said Asrori.
Tiga Langkah Memperkuat Iman
Imam Al-Haddad dalam kitab Risalatul Muawanah lir Raghibin minal Mu’minin fî Suluk Thariqah al-Akhirah menerangkan bahwa terdapat tiga langkah perkara yang dapat menambahkan keimanan serta memperkuatnya.
Pertama, mendengarkan ayat al-Qur’an dan hadits yang di dalamnya disebutkan perihal janji Allah, ancaman-Nya, perkara-perkara akhirat, kisah-kisah nabi, mukjizat, serta hukuman bagi mereka yang menentang para nabi. Begitu juga mendengarkan kezuhudan salafus salih di kehidupan dunia, begitu juga kecintaan mereka kepada akhirat dan mendengarkan ayat-ayat suci.
Kedua, melihat kebesaran langit dan bumi dan segala sesuatu yang menakjubkan dan keindahan yang diciptakan di langit dan bumi. Salah satu contoh ayat yang menunjukkan keagungan Allah.
Ketiga, melaksanakan amal saleh secara teratur dan menjaga diri supaya tidak tergelincir kepada kemaksiatan dan keburukan. Imam Al-Haddad juga menjelaskan bahwa iman dengan perkataan dan amal akan bertambah karena melakukan ketaatan dan menurun lantaran melakukan kemaksiatan.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Alhafiz Kurniawan