Kenapa Nabi Muhammad Dirayakan Kelahirannya, Bukan Diperingati Wafatnya?
Rabu, 5 Oktober 2022 | 17:00 WIB
Jakarta, NU Online
Bulan Rabiul Awal selalu disambut umat Islam dengan penuh gegap gempita. Betapa tidak, di bulan ini, Rasulullah saw dilahirkan sehingga umat Islam merayakannya dengan beragam cara, beraneka tradisi, dan berbagai macam kegiatan. Perayaan ini biasa disebut dengan istilah Maulid atau Maulud Nabi Muhammad saw.
Maulid Nabi Muhammad saw tidak hanya dillakukan di masjid-masjid, tetapi juga di mushala, kediaman pribadi, sekolah, instansi pemerintahan, sampai istana negara.
Perayaan itu dilakukan dengan lantunan shalawat dan syair-syair pujian dan cinta kepada Rasulullah, serta lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Tak lupa tentu saja ceramah agama yang mengisahkan keluhuran akhlak Rasulullah saw.
Hal tersebut memperkuat sekaligus menegaskan begitu cintanya umat Islam terhadap Rasulullah saw dan betapa kuatnya keinginan mereka berkumpul bersamanya kelak pada hari Kiamat. Pasalnya, setiap hamba akan dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintainya, seperti disampaikan langsung Rasulullah saw dalam sebuah haditsnya berikut.
“Engkau bersama orang-orang yang engkau cintai,” (HR Al-Bukhari, Muslim, dan yang lain) sebagaimana dilansir NU Online dalam tulisan 4 Peristiwa Iringi Kelahiran Nabi Muhammad.
Namun, muncul sebuah pertanyaan, mengapa umat Islam merayakan kelahiran Rasulullah saw dengan Maulid Nabi, bukan pada hari wafatnya, sebagaimana tradisi haul yang dilaksanakan pada hari wafatnya para ulama?
Jawabannya sangat sederhana. Pertama, tentu Rasulullah saw berbeda dengan para ulama, apalagi orang lain. Tidaklah mungkin membandingkan Rasulullah SAW dengan para ulama.
Kedua, ulama atau pahlawan dikenang pada hari wafatnya setelah terlihat jasa dan perjuangannya semasa hidupnya. Sementara Rasulullah saw sebelum kelahirannya pun, sudah membawa banyak keberkahan bagi seluruh alam.
Bertapa tidak, sejak Nabi Adam diciptakan, nama Nabi Muhammad telah tertulis di pintu surga. Kemunculannya telah dikabarkan Taurat dan Injil.
Tak ayal, tanggal 12 Rabi’ul Awal menjadi titimangsa yang paling dinanti oleh seluruh penduduk langit dan bumi untuk memberikan penghormatan dan ungkapan kebahagiaan atas kelahiran makhluk terbaik yang Allah swt ciptakan.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad