Ketika Dentuman Anak Krakatau Terus Hantui Korban Tsunami
Kamis, 27 Desember 2018 | 07:30 WIB
Desa sudah sepi dari hiruk-pikuk warga. Lansia, anak-anak, dan ibu-ibu sudah beranjak ke pengungsian di perbukitan dan kebun-kebun. Para pemuda yang tergabung dalam Barisan Ansor Serbaguna (Banser) dan Pagar Nusa terlihat berjaga-jaga, memantau kondisi ketinggian air laut.
Kendaraan pembawa bantuan logistik malam itu masih ramai berlalu-lalang. Bahkan di beberapa titik sampai macet di jalur keluar masuk angkutan. Angin laut pun berembus kencang menerpa tubuh mereka.
Langit sudah hitam menjelang Isya tiba. Menuju pantai itu, tim NU Peduli harus dibantu lampu senter sebagai penerangan jalan. Di bibir pantai itu pula, Wakil Ketua Lembaga Amil Zakat Nahdlatul Ulama (LAZISNU) M Wahib, memberikan keterangan singkat yang direkam melalui video mengenai kondisi setempat.
Saat tangannya menunjuk ke belakang, suara dentuman keras disertai cahaya kilat muncul tiba-tiba. "Dum!" Gunung Anak Krakatau itu memuntahkan laharnya diikuti suara dan cahaya berkali-kali dalam hitungan menit.
Dilansir oleh BBC, Jess Phoenix, ahli vulkanologi asal California, Amerika Serikat menyebutkan bahwa keberadaan gunung di tengah laut itu mampu menciptakan kilat sendiri. Hal itu, katanya, akibat tabrakan batu yang terfragmentasi, abu vulkanik, dan air di udara sehingga menciptakan muatan statis.
Gunung itulah yang menjadi sebab terjadinya tsunami yang menerjang daerah tersebut. Longsoran akibat aktifitasnya yang meningkat itu yang diperkirakan memicu gelombang besar.
Pada Rabu (26/12), Tim NU Peduli Lampung sudah berada di Desa Waymuli, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Tim datang sekitar pukul 18.30 WIB setelah memantau beberapa daerah terdampak sepanjang pantai.
Setelah berbincang dengan Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Rajabasa Fauzi, tim NU Peduli Lampung beserta rombongan yang terdiri dari Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung KH Mohammad Mukri dan beberapa jajarannya, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lampung Selatan KH Mahfudz At-Tijani, Tim NU Peduli pun memantau langsung kondisi terdampak bencana di bibir pantai.
Tampak bangunan dengan radius 50 meter dari bibir pantai luluh lantak rata dengan tanah akibat terjangan tsunami yang terjadi pada Sabtu (22/12). Kondisi buruk kelihangan nyawa dan harta benda ini masih dihantui rasa was-was akan tsunami susulan yang bisa saja terjadi setiap saat akibat erupsi Gunung Anak Krakatau. (Syakir NF/Muhammad Faizin)