Daerah

Pedagang UMKM di Sekolah Berharap Ikut Dilibatkan Program Makan Bergizi Gratis

Sabtu, 18 Januari 2025 | 23:00 WIB

Pedagang UMKM di Sekolah Berharap Ikut Dilibatkan Program Makan Bergizi Gratis

Ilustrasi makan bergizi gratis. (Foto: NU Online/Suwitno)

Cirebon, NU Online

Pedagang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di sekolah Kota Cirebon berharap dapat dilibatkan dalam program makan bergizi gratis (MBG). Sebab, pendapatan mereka relatif menurun dan sedikit para siswa yang makan sejak program unggulan Presiden Prabowo itu berjalan.


Neni (35), salah satu pelaku UMKM atau pedagang kecil di lingkungan SD Karyamulya, mengaku tak dapat memasok dagangan lebih banyak di tenan miliknya saat ini. Ini dilakukan sejak pendapatan kotor per harinya berkurang lebih dari separuh dari sekitar Rp1 juta menjadi Rp500 ribu.


“Istirahat siswa itu dua kali, pagi sekitar jam 08.00 dan siang sekitar jam 12. Dulu menanak nasi 8 kilogram pada saat pagi dan siangnya juga menanak untuk persiapan istirahat siang, tapi sekarang sudah nggak lagi karena anak-anak sudah kenyang karena mendapat makan bergizi gratis siangnya,” ungkapnya saat diwawancari Kontributor NU Online, Jumat (17/1/2025).


Ia pun tak bisa mengubah harga makanannya untuk menarik siswa. Ia beralasan, harga makanan sudah ajeg sesuai kesepakatan antar-UMKM di sekolah tersebut.


“Semua makanan di kantin ini harganya sama semua. Contohnya, geprek ayam ini harganya semua pasti RP 10 ribu dapat,” ujarnya.


Oleh karena itu, ia berharap UMKM kecil seperti milknya dapat dilirik oleh Badan Gizi Nasional (BGZ) agar turut merasakan kesejahteraan ekonomi dalam program andalan Prabowo-Gibran ini.


“Selama ini memang yang memasok makanan untuk MBG itu kan dari cathering pilihannya pemerintah. Alangkah baiknya mungkin dari pihak UMKM di sekolah saja, apalagi toh kami sudah kenal baik siswa-siswa di sini,” harapnya.


Sementara itu, Kepala Sekolah SD Karyamulya 1 Eva Resna Hendawati, mengakui keluhan tersebut. Ia pun tak mengelak bahwa UMKM di sekolah perlu dilibatkan dalam program ini agar tidak menurun pendapatan.


“Kalau dilihat dari ramainya di media massa kan program ini dapat membangkitkan perekonomian warga sekitar khususnya ekonomi bawah. Tapi kalau realitasnya seperti ini yang terjadi justru UMKM di sekolah pendapatannya jadi ngedrop (merosot),” tuturnya saat diwawancarai oleh Kontributor NU Online Kamis (17/1/2025).


Namun, hal tersebut harus dibarengi dengan pendampingan dan pembinaan UMKM agar kualitas gizi makanan tetap terjaga.


“Mudah-mudahan suatu saat UMKM di sekolah ini bisa dilibatkan agar ekonomi masyarakat kelas menengah ke bawah ikut terangkat. Tapi perlu juga didampingi karena tak semua dari mereka paham soal gizi,” pungkasnya.