Tangkap layar Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) saat Ketika menghadiri Haul Ke-41 KH Abdul Hamid Pasuruan.
Jakarta, NU Online
Ketika menghadiri Haul Ke-41 KH Abdul Hamid Pasuruan, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) melemparkan gojlokan ke sejumlah tokoh yang hadir di acara tersebut, di antaranya KH Bahaudin Nursalim (Gus Baha) dan Sekjen PBNU H Syaifullah Yusuf (Gus Ipul).
Dalam kesempatan tersebut, Gus Yahya menyampaikan bahwa KH Abdul Hamid adalah seorang wali masyhur yang diakui kewalianya oleh banyak orang. Gus Yahya kemudian merasa gelisah karena di zaman ini tak kunjung menemukan sosok wali masyhur.
"Saya malah ndak melihat hari ini ada wali masyhur, kalau wali mastur insyaallah banyak," ungkap Gus Yahya dalam tayangan video tayangan video YouTube NU Online dikutip NU Online, Sabtu (8/10/2022).
Gus Yahya mengungkapkan kegelisahannya semakin bertambah karena saat ini jarang ada kiai yang berminat menjadi wali. "Kayaknya yang berminat jadi wali masyhur ini kayanya Gus Baha. Emang berat jadi wali masyhur itu," ujar pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah tahun 1966 itu.
Baca Juga
Memahami Pesan Gus Yahya di Israel
"Pesan saya Gus, kalau sudah jadi wali masyhur jangan nyamar-nyamar lagilah. Cari baju yang agak bagus supaya maqamnya kelihatan orang banyak," katanya kepada Gus Baha yang turut hadir di acara haul ini.
Gus Yahya juga mengungkapkan bahwa biasanya Ketua Umum PBNU dikerumuni kiai atau orang khos yang maqamnya sudah menjadi wali, namun sampai hari ini ia belum juga menemukannya.
"Saya tengak-tengok kok yang datang malah wali kota," tambah Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibien Rembang itu.
Gus Yahya juga menceritakan bahwa sejak awal sudah mengetahui H Syaifullah Yusuf adalah seorang Wali Kota Pasuruan, namun tetap diminta untuk menjadi Sekjen PBNU.
"Sejak awal juga saya tahu Gus Ipul nyalon dan jadi Wali Kota Pasuruan cuma tambah nganggur saja. Supaya ada pekerjaan beneran, saya minta jadi Sekjen," selorohnya.
Pentingnya wali masyhur di masa kini
Menurut Gus Yahya, kehadiran wali masyhur dianggap penting karena bisa memberikan ketenangan batin kepada umat dalam menghadapi dinamika kehidupan, apalagi saat ini umat sedang diuji dengan berbagai cobaan.
"Saya ingin sampaikan bahwa wali masyhur ini penting, supaya umat ini tenang hatinya. Maka saya mohon kepada wali-wali yang masih mastur untuk bersedia memasyhurkan diri. Sedang butuh umat ini," jelas Gus Yahya.
Diceritakan Gus Yahya, tahun 1970-1980an merupakan masa yang cukup berat bagi NU karena harus berhadapan dengan rezim Orde Baru, sehingga ada ketakutan jika pengurus atau warga NU mengaku diri sebagai Nahdliyin.
"Sekarang enak, pegawai ngaku NU tambah cepat naik pangkatnya, nyalon wali kota ngaku NU lebih gampang kepilihnya," ujarnya.
Gus Yahya juga menjelaskan, saat itu intervensi rezim Orde Baru kepada NU begitu kuat. Namun pengurus dan warga NU tetap teguh dan istiqomah memegang prinsip ke-NU-annya karena saat itu ada sosok wali masyhur seperti Kiai Hamid Pasuruan.
"Kalau ada apa-apa pokoknya Mbah Hamid, karena beliau wali masyhur. Saya sendiri merasakan tahun 1980an, 1990an, kegelisahan yang kita alami masih merasa tenang karena ada wali-wali masyhur, ada Mbah Hamid, sudah Mbah Hamid masih ada kiai-kiai seperti Kiai Mahrus Ali, Kiai As`ad Syamsul Arifin, dan lain sebagainya," papar Gus Yahya.
"Mudah-mudahan segera muncul wali-wali masyhur untuk mendampingi kehidupan kita yang makin lama makin sulit ini," pungkasnya.
Pewarta: Aiz Luthfi
Editor: Kendi Setiawan