Ketum PBNU Jelaskan Dukungan Agama dan Budaya Satu Sama Lain
Jumat, 31 Januari 2020 | 13:40 WIB
Keterangan foto: Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj memberikan sambutan pada acara peletakan batu pertama perluasan Gedung PBNU di Jakarta Pusat, Jumat (31/1). (Foto: NU Online/Suwitno).
"Walisongo yang telah berhasil mengharmoniskan antara agama dan budaya di Nusantara. Bahkan agama dibangun di atas infrastruktur budaya," kata Kiai Said pada acara Peletakan Batu Pertama perluasan Gedung PBNU di Jakarta Pusat, Jumat (31/1).
Kiai Said mencontohkan, beduk yang berada di masjid atau mushalla dan berfungsi sebagai tanda masuknya waktu shalat. Ini merupakan hasil kreasi Walisongo. Awalnya, kata Kiai Said, beduk menjadi alat musik untuk kepentingan lain. Namun oleh Walisongo, beduk diambil untuk kepentingan agama.
Begitu juga dengan sarung, gamis, atau baju batik. Semua merupakan produk budaya, tapi dapat dipakai untuk ibadah.
"Ini namanya agama dibangun di atas infrastruktur budaya. Jangan sampai semrawut. Jangan sampai tumpang tindih antara agama dan budaya," ucap Kiai Said.
Lebih lanjut Kiai Said menekankan pentingnya menjaga budaya dan jati diri bangsa Indonesia. Menurutnya, budaya yang ada di Indonesia tidak kalah baik dibandingkan dengan budaya negara-negara luar. Jika ada orang Indonesia yang menuntut ilmu ke luar negeri, baik di negara-negara yang ada di Timur Tengah maupun Eropa, maka saat kembali ke tanah air tidak perlu membawa budaya negara setempat, melainkan hanya membawa ilmunya saja.
"Budaya dan kepribadian Indonesia harus kita pertahankan. Walaupun kita hidup di era revolusi industri 4.0 tetap menjadi orang Indonesia," jelas kiai yang juga Pengasuh Pesantren Luhur Al-Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan itu.
Acara peletakan batu pertama untuk perluasan Gedung PBNU ini dihadiri pengurus harian PBNU, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju, dan sejumlah duta besar negara sahabat.
Pewarta: Husni Sahal