KH Hasyim Muzadi: Aswaja Hadapi Perang Dua Ideologi Transnasional
Sabtu, 8 Oktober 2016 | 10:14 WIB
Makassar, NU Online
Ketua Umum PBNU masa khidmah 1999-2010 KH Achmad Hasyim Muzadi mengatakan, saat ini kondisi umat Islam terbagi atas dua gerakan alur pemikiran, yakni Iran di satu sisi dan Saudi Arabia di sisi lain. Keduanya tidak hanya berperang melalui fisik, ideologi pun gencar mereka suarakan di seluruh dunia. Akhirnya, perpecahan ini dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam, untuk menghancurkan Islam itu sendiri.
"Nah, posisi Indonesia sebagai umat Islam terbanyak yang berpaham Ahlusunnah wal Jamaah di dunia, harus ada perjuangan untuk men-counter gerakan ini. Dua kekuatan besar ini berperan menghancurkan ideologi dan mengamcam keutuhan NKRI," ujarnya saat memberikan kuliah umum di hadapan 2000 mahasiswa baru Universitas Islam Makassar (UIM) di Auditorium KH Muhyiddin Zain UIM, Makassar, Sabtu (8/10).
Menurutnya, Islam memang menjadi agama mayoritas di Indonesia, tetapi belum tentu mayoritas dalam hal peranan. Posisi NU dan Muhammadiyah sebagai ormas yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tentunya harus bertindak menyikapi ideologi transnasional ini.
Di sinilah, katanya, Ahlusunnah wal Jamaah (Aswaja) berperan dalam membela negara dalam suasana ghazwatul fikr (peran ideologi/persepsi) yang terjadi dewasa ini. Menurut anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI ini, Aswajalah yang mampu meredam gerakan ini.
“Islam adalah agama yang benar, tetapi cara untuk menyebarkan Islam harus juga benar. Dulu Wali Songo mengislamkan orang kafir, tetapi saat ini orang Islam yang dikafirkan. Ini kan kacau cara beragama kita? Kalau memang ia menujukkan sifat kekafiran, maka jangan dikafir-kafirkan, tetapi ajaklah mereka untuk kembali, itulah cara para ulama menyebarkan Islam Ahlusunnah wal Jamaah An-Nahdiah,” paparnya dalam acara bertema "Penguatan Nilai-nilai Islam Ahlusunnah wal Jamaah dalam Rangka Bela Negara" itu.
Ia juga menjelaskan, dari sisi budaya saat ini Indonesia digempur berbagai budaya yang tidak sesuai dengan kondisi Tanah Air. “Lihat saja kemajuan teknologi saat ini menghabisi moral pemuda kita. Tidak perlu menghabisi syariatnya, tetapi yang terjadi adalah seluruh sendi kehidupan kita diserang, sehingga dengan sendirinya syariat beragama kita habis dengan sendirinya,” tambahnya.
Rektor UIM Majdah Agus Arifin Nu'mang mengungkapkan komitmennya untuk senantiasa berdiri di atas pondasi Nahdlatul Ulama. "UIM dalam mewujudukan cita-cita kelembagaan, tentunya memiliki tanggung jawab menyebarkan nilai-nilai Islam Ahlusunnah Wal Jamaah An-Nahdliah yang merupakan aktualisasi dari nilai-nilai ajaran Islam Rahmatan lil 'alamin," katanya.
Tampak hadir Rais Syuriyah PWNU Sulsel Anregurutta KH M Sanusi Baco, anggota DPR RI Komisi VII Andi Jamaro Dulung, segenap pengurus NU tingkat cabang dan wilayah setempat, pengurus Yayasasan Perguruan Tinggi Al-Gazali Makassar, para wakil rektor UIM, para dekan fakultas/direktur pascasarjana UIM, serta para ketua badan otonom serta Lembaga NU Sulsel. (Andy Muhammad Idris/Mahbib)