KH Zulfa Mustofa Jelaskan Logika Ulama Nusantara Terkait Sesajen
Selasa, 8 Februari 2022 | 22:30 WIB
Jakarta, NU Online
Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zulfa Mustofa menyayangkan pembuangan sesajen yang sempat ramai beredar videonya. Kiai Zulfa mengatakan, sejak lama ulama di Nusantara bukan tidak mengerti sesajen. Tetapi ulama Nusantara memiliki kebijaksanaan luar biasa yang bersumber dari Rasulullah terkait sesajen ini.
Demikian disampaikan Kiai Zulfa Mustofa ketika menjelaskan kearifan ulama Nusantara dalam acara ‘Pekan Memorial Syekh Nawawi Banten’ di The Sultan Hotel dan Residence, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin-Selasa (7-8/2/2022).
Kiai Zulfa menyebut dua keutamaan ulama Nusantara sejak berabad-abad. Ulama Nusantara memiliki jalur mata rantai (sanad) keilmuan yang bersambung kepada ulama terdahulu hingga ke Rasulullah saw ulama Nusantara juga memiliki kecerdasan luar biasa dalam mengontekstualisasikan ajaran Islam dengan dinamika masyarakat lokal.
“Yang diperhatikan ulama Nusantara, pertama adalah sanad. Kedua, mengontekstualisasikan nash dengan dinamika masyarakat setempat,” kata Kiai Zulfa.
Ia mengatakan, ulama dulu, termasuk Syekh M. Nawawi Al-Bantani, tidak mudah memvonis syirik kepada masyarakat. Ulama akan melakukan verifikasi terlebih dahulu atas praktik yang tampaknya dianggap mengandung kemusyrikan.
“Ulama dulu tidak gampang menyebut syirik terhadap sajen. Ulama dulu nanya dulu niatnya apa dari pelaku. Kalau yang diminta adalah Allah, maka praktik sajen tidak dapat disebut syirik. Itu bentuk materialisasi doa sebagaimana Rasulullah saw melakukannya,” kata Kiai Zulfa.
Kiai alumnus Pondok Pesantren Kajen ini menjelaskan bentuk materialisasi doa melalui hadits Nabi Muhammad saw yang melewati dua kubur. Ahli kubur tersebut sedang disiksa. Keduanya tidak disiksa kecuali karena dosa sepele tetapi besar di sisi Allah.
“Keduanya, satu penyebar hoaks. Yang kedua orang yang kencing tanpa bersuci,” kata Kiai Zulfa.
Rasulullah kemudian mengambil dua pelepah kurma basah dan meletakkan di atas makam keduanya. Dengan itu, Nabi berharap siksa kedua ahli kubur tersebut diringankan.
“Ini bentuk materialisasi doa. Jadi doa tidak selalu verbal. ‘Loh, terus kenapa pakai cabai, bawang, dan lain sebagainya?’ ‘Di Brebes nggak ada pelepah kurma kiai. Yang ada bawang,’” kata Kiai Zulfa merekonstruksi dialog ulama Nusantara dan masyarakat.
Hadir sebagai narasumber dalam peluncuran biografi ini A'wan PBNU Nyai Hj Badriyah Fayumi, Habib Ahmad bin Novel bin Jindan, dan peneliti kajian Nusantara Ahmad Baso. Forum ini dimoderatori oleh Katib Syuriyah PBNU KH Abdul Moqsith Ghazali dan ditutup dengan doa oleh Katib Aam PBNU KH Said Asrori.
Pewarta: Alhafiz Kurniawan
Editor: Fathoni Ahmad