“Syariat pertama yang turun untuk umat Islam adalah membaca, bukan shalat. Iqra bismi rabbikal ladzi khalaq. Ya artinya juga iqra kitabak (membaca buku)."
Jakarta, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1991-1992 KH Ali Yafie mengajak umat Muslim di seluruh Indonesia untuk gemar membaca. Sebab syariat yang pertama kali turun dalam Islam adalah membaca. Hal itu sebagaimana termaktub dalam surat Al-Alaq ayat 1 yang merupakan wahyu pertama dari Allah untuk Nabi Muhammad.
“Syariat pertama yang turun untuk umat Islam adalah membaca, bukan shalat. Iqra bismi rabbikal ladzi khalaq. Ya artinya juga iqra kitabak (membaca buku). Jadi syariat pertama Islam itu membaca. Kita harus baca apa saja, semuanya. Bukan saja baca kitab, tapi juga baca alam,” tutur penulis buku Merintis Fiqih Lingkungan Hidup itu saat disowani NU Online di kediamannya, di Bintaro, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (9/6).
Ia juga menjelaskan bahwa salah satu hal yang hingga kini membuatnya sehat dan panjang umur adalah karena sering memperbanyak membaca Al-Qur’an. Penjelasan mengenai tips sehat ini, kata Kiai Ali, berasal dari pesan Nabi yang sangat masyhur di kalangan umat Islam. Hadits itu berbunyi ‘alaikum bi syifa’aini Al-Qur’an wal ‘asal.
“Ada pesan Nabi, Perhatikan dua hal untuk menjaga kesehatan kalian. Baca Qur’an yang banyak, lalu meminum madu. Itu pesan Nabi,” jelas ulama fiqih kelahiran Donggala, Sulawesi Tengah, pada 1 September 1926 ini.
Dalam hal membaca, ia memiliki satu kitab yang menurutnya sangat sering dibaca dan paling memberikan inspirasi. Kitab itu adalah Al-Majmu’ Syarhul Muhadzab yang banyak menguraikan hukum fiqih mazhab Imam Syafii karya Imam Nawawi, sebagai penjelasan dari Kitab Al-Muhadzab karangan Imam As-Syirazi.
“Itu kitab yang banyak sekali informasinya (karena) namanya saja Al-Majmu’. Itu kitab fiqih yang terkenal di kalangan Ahlussunnah wal Jamaah. Nah saya selalu menyempatkan menulis di mana ada kesempatan,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Darul Dakwah Al-Irsyad, Pare-Pare, Sulawesi Selatan itu.
Sementara itu, Kiai Ali mengaku sangat mengagumi sosok Imam Al-Ghazali, terutama karena Kitab Ihya Ulumiddin yang memberikan banyak inspirasi. “Kalau di Indonesia, semua tokoh memberikan inspirasi dengan masing-masing pemberiannya. Karena semuanya berjihad untuk ilmu,” lanjut Kiai Ali.
Kemudian, Kiai Ali merasa bangga dengan status santri yang disandangnya. Ke mana pun ia pergi dan ditanya soal latar belakang pendidikan, pasti dijawab bahwa ia seorang santri. “Saya kalau ke mana-mana, ditanyakan apa pendidikannya dan lulusan mana, saya bilang saya santri. Saya merasa bangga dengan santri,” pungkasnya.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Alhafiz Kurniawan