Nasional

Kiai Ma’ruf Amin: Gus Dur Ajarkan Berpikir Kritis

Ahad, 27 Desember 2015 | 01:05 WIB

Jakarta, NU Online
Rais Aam Syuriyah PBNU KH Ma'ruf Amin mengatakan, Almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur merupakan sosok yang mirip buku. Karena itu, mengenal Gus Dur tidak akan habis.<>

“Di NU, beliau itu yang melakukan dinamisasi berpikir kritis. Sehingga NU itu kemudian melahirkan pemikiran-pemikiran kritis dan dinamis,” ujar Kiai Ma’ruf mengawali testimoninya di acara haul ke-6 Gus Dur di Ciganjur, Sabtu (26/12) malam.

Menurut Kiai Ma’ruf, Gus Dur memang dilengkapi dengan berbagai instrumen keilmuan sehingga paham banyak hal. Misalnya, Ushul Fiqh dan Qawaid Fiqhiyyah.

“Beliau bahkan sering menyebut kitab Asybah Wan Nadzair. Beliau sangat paham kitab tasawuf yang bernama al-Hikam karya Ibnu Athaillah. Bukan hanya paham, beliau malah mengajarkan kitab itu,” ungkap Rais Aam.

Padahal, lanjut Kiai Ma’ruf, kitab al-Hikam itu menurut para ulama disebut kaada al-hikam an yakuuna quranan. “Hikam itu hampir mirip Quran karena saking dalamnya paparan ilmu yang dikandungnya. Jadi, meski beliau kritis dan dinamis, tetapi instrumen-instrumen perlengkapannya itu sudah ada dan siap,” tukasnya.

Sayangnya, kata Kiai Ma’ruf, ada beberapa pihak yang kritis namun tidak paham Ushul Fiqh, Qawaid, apalagi al-Hikam. “Ibarat orang terjun, Gus Dur sudah bawa parasut. Ini (ada orang) terjun nggak punya parasut, nyungsep jadinya,” selorohnya disambut tawa hadirin.

Gus Dur yang ia kenal sebagai sosok  yang bisa bergaul dengan semua kalangan. “Beliau bisa bergaul dengan kiai khos, dengan kiai cash. Sekarang ini kan kiai khos kalah sama kiai cash itu. Ada juga kiai high cost,” ujar Kiai Ma’ruf lagi-lagi mengundang tawa.

Tak hanya dengan kiai, lanjutnya, Gus Dur juga bisa bergaul dengan para budayawan, seniman, orang berambut gondrong, dan bertato. “Enak saja. Saya pernah ikut Gus Dur. Beliau santai saja. Saya sendiri malah keki. Inilah kelebihan Gus Dur,” tandas Rais Aam.

Semua persoalan di mata Gus Dur tidak ada yang berat. Semuanya dianggap ringan dan biasa-biasa saja. “Makanya Gus Dur sering mengatakan Gitu aja Kok Repot,” ujarnya.

Kiai Ma’ruf bercerita, suatu ketika Gus Dur terpilih sebagai Ketua Forum Demokrasi (Fordem).  PBNU langsung ribut. “Gimana ini, NU akan berhadapan dengan Pak Harto ini. Karena itu, kami putuskan bahwa Gus Dur mengundurkan diri atau berhenti dari Fordem. Kalau tidak mau, PBNU akan meminta beliau mundur dari Fordem,” tuturnya.

Begitu disampaikan kepada Gus Dur, lanjut Kiai Ma’ruf, Gus Dur lebih memilih Fordem. “Kalau saya disuruh mundur dari Fordem, lebih baik saya mundur dari Ketua Umum PBNU. Wah ini, jawabannya. Mati kutu semua udah. Akhirnya, ya sudah lah, tetap sebagai Ketua Umum PBNU, dan tetap sebagai Ketua Fordem,” kata Kiai Ma’ruf sembari tertawa. (Musthofa Asrori/Mahbib)


Terkait