Jakarta, NU Online
Setelah meninggalnya Rasulullah, timbul berbagai aliran dalam Islam. Ada yang disebabkan oleh alasan politik dan ada pula yang disebabkan oleh perbedaan cara tafsir ajaran Islam terhadap berbagai persoalan baru.
<>
Beberapa aliran yang muncul diantaranya adalah Kodariyah, Murjiah, Muktazilah, Khawarij, Syiah, dan Ahlusunnah. Dari sekian banyak aliran yang ada, kini dalam perjalanan 15 Abad Islam, tinggal Sunni (Ahlusunnah) dan Syiah yang tetap bertahan sedangkan lainnya secara nama sudah hilang, meskipun pengaruh alirannya tetap ada dalam berbagai bentuk.
Kiai Said meyakini, keberadaan dua aliran yang sudah terbukti mampu bertahan ini akan mampu bertahan jauh di masa depan. Persaingan pun akan terus berlanjut.
“Sampai hari kiamat, Ahlusunnah dan Syiah mungkin tidak akan hilang. Buktinya 15 abad masih ada. Jadi kita harapkan persaingannya sehat. Yang positif. Masing-masing meningkatkan kualitasnya,” katanya.
“Saya bukan Syiah, tetapi saya ingin bersaing dengan Syiah yang sehat. Bukan persaingan fisik, bakar-bakaran dan kemudian saling mengusir,” tegasnya.
Menurut Kiai Said, pengikut aliran Syiah memiliki kelebihan berupa militansi yang bagus. Militansi yang intelek, bukan militansi yang ngawur. Dalam kasus Palestina, di wilayah tersebut tidak ada orang Syiah, tetapi Iran lah yang paling menganggap musuh dengan Israel, Hizbullah yang paling menganggap musuh Israel.
Mengenai kepintaran orang Syiah, Kiai Said menjelaskan, hal ini bisa dilihat dari latar belakang peradaban Persia yang jauh lebih maju dari Arab. Begitu masuk Islam, tinggal ganti agama, ganti kitab suci Al-Qur’an, tetapi nilai-nilai peradabannya sudah mapan.
“Ahli hadits tidak ada orang Arab, tetapi orang Persia semua. Bukhari, Muslim, Turmudzi, Ibnu Majah, Ibnu Dawud, Daruqutni, Daylimi,” imbuhnya.
Ia menambahkan yang menciptakan ilmu nahwu, Imam Sibawaih merupakan orang Persia, yang menciptakan ilmu balaghoh atau kesusastraan bahasa Arab juga orang Persia, yaitu Amir bin Ubaid. Yang pertamakali menjadi mufassir besar, yaitu orang Tabaristan, yaitu Ibnu Ja’far Attabari yang membuat tafsir 10 jilid. Imam Ghozali merupakan Persia. Abu Hanifah dan Imam Hambali orang Persia. Sementara Imam Syafii dan Imam Malik orang Arab.
Mengenai hubungan yang harmonis antara Sunni dan Syiah, Kiai Said yang menyelesaikan doktor di Universitas Ummul Qura Makkah ini menjelaskan, Mesir bisa menjadi contoh. Mesir dulu ada kelompok Syiah, Sunni, dan Kristen Ortodok. Mereka bisa hidup damai.
“Ngak pernah ada konflik mazhab. 10 raja dari Syiah di Mesir dari dinasti Fatimiyah. Yang membangun kota Kairo orang Syiah, yang membangun masjid Al Azhar juga orang Syiah,” tandasnya.
Sayangnya, Mesir kini sudah mulai ada yang terseret pada fanatisme kelompok seperti mulai adanya ISIS dan Al-Qaedah. (Mukafi Niam)