"Hari ini kita keluarga besar Nahdlatul Ulama kehilangan salah satu tokoh penting NU yang sejak muda menjadi aktivis Nahdlatul ulama. Berjuang tanpa pamrih, tanpa ada kepentingan jabatan, tanpa ada kepentingan kekuasaan," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (6/2).
Menurut Kiai Said, saat KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi Ketua Umum PBNU, almarhum termasuk orang yang setia mendampingi Gus Dur. Saat itu, NU tengah berhadapan dengan penguasa yang diktator. Keberadaan seperti almarhum sangat penting karena saat itu Gus Dur seolah-olah sendirian.
"Beliau setia mendampingi Gus Dur dalam keadaan sangat menyedihkan, sangat prihatin ketika itu NU berhadapan dengan tirani kekuasan yang sangat otoriter dan diktator, tapi Gus Dur tidak pernah suruh tidak pernah goyang. Nah, yang mendampingi Gus Dur adalah antara lain almarhum Bapak KH Ahmad Bagdja ini," terangnya.
Ia mengajak warga NU untuk meneladani sifat positif almarhum dan mengikutu jalan hidupnya yang dicurahkan untuk NU. Setelah tidak lagi menjabat sebagai pengurus harian PBNU, almarhum aktiv mengadakan diskusi bulanan yang bekerja sama dengan Yayasan Talibuana.
"Setelah tidak menjadi pengurus harian PBNU pun, ia masih bediskusi bulanan tentang NU agar NU tetap menjadi kekuatan harokah diniyah, harokah ijtimaiyah, kemasyarakatan yang selalu berjalan dengan benar,” jelasnya.
Sebagai informasi, KH Ahmad Bagdja menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis sekitar pukul 01.09 WIB di Jakarta Medical Center (JMC).
Setelah dishalatkan, jenazah rencananya dibawa ke Cirebon untuk dimakamkan di Desa Cipeujeuh Kulon, Kecamatan Lemah Abang, Sindang Laut, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Pewarta: Husni Sahal