Jakarta, NU Online
Semakin banyaknya gerakan Wahabisme dan radikalisme, bahkan terorisme, mendapat sorotan dari Wakil Katib PWNU Jawa Tengah KH Nasrulloh Afandi. Di sela-sela Halaqah Ulama yang diselenggarakan oleh PWNU Sulawesi Selatan, Ahad (7 /4), Gus Nasrul, demikian ia akrab disapa, mengeluarkan tipsnya dalam menghalau gerakan Wahabisasi.
"Dengan mengutip pendapat imam Asy-Syatibi dalam kitabnya
Al-Muwafaqoth. Metodologi dakwah Wali Songo, dalam tinjauan maqashid syariah, adalah sesuai dengan ajaran Syariat Islam, yaitu melestarikan pendekatan kultural," tutur Gus Nasrul menceritakan kembali kepada
NU Online, Selasa (9/4) siang.
Doktor Maqashid Syariah Cumm Laude dari Universitas al-Qurawiyin Maroko itu, menegaskan pendekatan kultural adalah kunci kesuksesan yang ditempuh oleh Wali Songo dalam berdakwah. Saat ini nyata-nyata sudah banyak dai-dai NU yang meninggalkan pendekatan kultural.
"Padahal, dalam waktu yang bersamaan, kian marak juru dakwah-juru dakwah yang mengklam diri 'paling benar', dengan terang-terangan serampangan menggusur metodologi dakwah yang dilandaskan pada pendekatan kultural, menyebar tuduhan bidah, syirik, dan sejenisnya," tutur kiai muda Pesantren Balekambang Jepara, Jateng itu.
Oleh karenanya, mengingat Indonesia negara multisuku, multiadattradisi, seiring berkembangnnya sains dan teknologi serta pergeseran budaya generasi millenial, di tengah masyarakat modern ini, sudah semestinya para tokoh NU, dan para pegiat dakwah NU, harus kembali membumikan pendekatan budaya.
"Hal tersebut, akan bisa mengawal generasi milenial dalam beragama cinta kepada kearifan lokal, dan bisa beragama dengan santun dan bijaksana," lanjutnya.
Dengan cara itu, diharapkan pada gilirannya nanti, generasi milenial tidak akan mudah terpengaruh oleh ajakan-ajakan Wahabisme, apalagi terorisme yang nyata-nyata bertentangan dengan norma-norma dan konstitusi negara.
Selain itu, Gus Nasrul juga mengusulkan gagasan agar para pegiat dakwah NU juga harus eksis dan aktif menulis buku-buku, upload video-video pengajian amaliah NU, untuk menghadang Wahabisme. "Karena di pihak penyerang NU, mereka kian aktif menyebarkan buku-buku dan video-video yang menyerang amaliah NU," tuturnya.
Gus Nasrul juga secara detail menceritakan kasus nyata wahabisasi di lapangan. Di antaranya banyak berdiri yayasan aliran Wahabi seperti yayasan yatim. Hal itu, kata Gus Nasrul dilakukan untuk menjejali paham Wahabi terhadap anak-anak yatim, tidak menutup kemungkinan anak-anak yatim dari NU.
"Bukti lainnya, banyak sekolah dipromosikan sebagai sekolah unggulan dengan sarana prasarana yang lengkap dan modern. Namun dengan biaya murah, membawa misi Wahabisasi," Gus Nasrul mengingatkan.
Sehari sebelumnya, Gus Nasrul juga membakar semangat para generasi Muda NU di Sulawesi Selatan melalui Dialog Kebangsaan yang dilaksanakan oleh GP Ansor Sulsel di Kantor PWNU Sulsel. Gus Nasrul mengatakan, dalam kesempatan itu dirinya menegaskan, GP Ansor sebagai generasi Muda NU harus berperan aktif turun di lapangan mengontrol warga-warga NU dalam perihal beribadah, berbangsa dan bernegara.
"Karena banyak warga NU yang diincar untuk direkrut masuk ke golongan tertentu di luar NU yang amaliahnya menyerang NU," tegas Gus Nasrul. (Kendi Setiawan)