Kirab Satu Negeri Gerakan Pemuda Ansor menggandeng komunitas dan ormas. Jumlahnya cukup banyak sehingga Sekretaris Jenderal GP Ansor Adung A. Rochman menyebutnya seribu komunitas dan seratus ormas.
Menurut Adung, kirab satu negeri adalah upaya pemuda NU untuk memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sehingga mengajak berbagai pihak di setiap perjalanan kirab yang menyinggahi 200 kota kabupaten seluruh Indonesia dalam waktu 41 hari.
“Ada komunitas literasi, pemuda, pelajar, klub motor, sepeda,” katanya di Kantor Pimpinan Pusat GP Ansor, Jakarta, Senin (24/9) sembari mengatakan, bahwa kegiatan itu akan berakhir 26 Oktober mendatang.
GP Ansor mengandeng komunitas yang satu visi yaitu mencitai dan menjaga Indonesia. GP Ansor tidak memandang latar belakangnya, tapi visinya. Karena, salah satu latar belakang kirab ini adalah adanya kelompok yang mempolitisir agama dan melakukan intoleransi.
Jumlah mereka, lanjut Adung, sebetulnya kecil, tapi di media kelihatan aktif sehingga seolah-olah jumlahnya besar. Di saat sama, kelompok mayoritas yang waras dan mencintai kedamaian, sering memilih diam.
“Makanya kita punya slogan yang waras jangan mengalah,” tegasnya.
Kirab Satu Negeri dimulai dari lima titik terluar menuju ke tengah. Titik berangkatnya, secara berbarengan dimulai dari, yaitu Sabang (paling barat, berada di Aceh), Nunukan (paling utara, Kalimantan Utara), Miangas (paling utara, Sulawesi Utara), Merauke (paling timur, Papua), dan Rote (paling selatan, Nusa Tenggara Timur).
Menurut Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat GP Ansor Adung A. Rochman, Kirab 1 Negeri dimulai dari lima titik terluar Indonesia, mewakili lima sila dalam Pancasila dan lima dalam rukun Islam, serta Shalat dalam sehari semalam.
Dari lima titik tersebut Kirab 1 Negeri, ada 17orang yang membawa bendera merah putih. Hal ini bermakna hari kemerdekaan Indonesia jatuh pada tanggal 17 dan dalam sehari semalam umat Islam melaksanakan shalat wajib sebanyak 17 rakaat.
Menurut Adung, Kirab 1 Negeri ini sudah dirancang setahun sebelumnya setelah GP Ansor memandang, paling tidak, empat hal yang tengah terjadi di Indonesia saat ini. Pertama, ancaman dari sekelompok kecil orang yang ingin mengubah konsensus kebangsaan Indonesia yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. (Abdullah Alawi)