Kisah Unik Relawan 1 Abad NU, Mulai Bagikan Makanan hingga Ditawari Nikah
Kamis, 9 Februari 2023 | 10:30 WIB
Ahmad Aziz Sultoni, relawan Puncak Resepsi 1 Abad NU asal Tuban (Foto: NU Online/Syarif Abdurrahman)
Sidoarjo, NU Online
Di balik kemegahan Puncak Resepsi 1 Abad Nahdlatul Ulama GOR Delta Sidoarjo, Jawa Timur ada beberapa pasukan yang tidak tersorot media, tapi punya peran signifikan. Mereka adalah relawan 1 Abad NU.
Ahmad Aziz Sultoni, relawan Puncak Resepsi 1 Abad NU asal Tuban ini menceritakan penuh semangat pengalamannya menjadi bagian dari relawan. Sebuah pengalaman yang belum tentu bisa ia ulang kembali.
Meskipun harus stand by sepanjang jalannya acara, Sulthoni merasakan mendapatkan energi tambahan setelah melihat wajah-wajah orang tua yang penuh semangat untuk hadir ke Sidoarjo. Banyak dari jamaah tersebut datang dari Lombok, Lampung, Jambi, Papua dan lain sebagainya.
"Niat saya daftar sebagai relawan 1 Abad NU untuk berkhidmat kepada NU. Eman, peristiwa seperti ini hanya ada 100 tahun sekali," jelasnya, Rabu (8/2/2023).
Pemuda asal Tuban ini menambahkan, ia sudah datang ke Sidoarjo beberapa hari sebelum acara Puncak Resepsi 1 Abad NU sebagai relawan. Untuk menjadi relawan, ia terlebih dahulu mendaftar lewat internet.
Di Sidoarjo, ia bergabung bersama rekan-rekan relawan dari berbagai daerah yang memiliki tujuan sama yaitu berkhidmat di NU. Istilah kata, disatukan dalam barisan santri NU, santri KH M Hasyim Asy'ari.
"Saya tahu info relawan dari Instagram, ada pendaftaran relawan. Akhirnya daftar secara online dan diterima," imbuhnya.
Selama menjadi relawan, ia mendapatkan banyak pengalaman menarik, seperti bertemu warga Nahdliyin dari berbagai daerah, khususnya dari luar Pulau Jawa. Warga nahdliyin tersebut terkadang tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa Jawa dan butuh bantuan relawan.
Oleh karena itu, Sulthoni sering dipanggil dan dimintai bantuan untuk sekedar tanya alamat, tanya lokasi, tempat shalat, kamar mandi, lokasi panggung utama dan lain sebagainya.
Kadang jamaah tersebut berhenti dan tanya apakah jalan ke lokasi macet atau tidak dan tanya tempat yang terjangkau ojek online atau ojek offline. Karena saking banyaknya yang hadir, lokasi menuju GOR Delta Sidoarjo penuh manusia.
"Tugas lainnya bagikan makanan, bagikan kopi ke jamaah dan bantu jamaah yang tersesat. Intinya siap kerja apa saja," ujarnya.
Pria yang masih singel ini menambahkan, dalam proses khidmat tersebut ada saja hal lucu-lucu yang terjadi, sehingga membuat gelak tawa dan menghilangkan penat meskipun harus jaga berjam-jam.
Tak jarang juga di sela-sela kesibukan melayani jamaah yang jumlahnya cukup banyak tersebut, beberapa dari mereka mengajak Sulthoni ngobrol. Bahkan ada juga yang menanyakan sudah nikah atau belum? "Lalu cerita kalau punya anak perempuan, ada yang cerita punya keponakan perempuan, atau tetangga perempuan," kisahnya.
"Kita cukup mudah dikenali karena pakai kaos relawan 1 Abad NU. Kadang saat melayani jamaah, ada yang nyeletuk nawarin nikah," ceritanya sambil tertawa.
Bagi Sulthoni, tawaran menikah dari jamaah tersebut adalah bukti bahwa warga NU dari mana pun asalnya memiliki titik temu yaitu rasa kekeluargaannya, perhatian, dan bisa diajak kerjasama dalam banyak hal.
Sebagai alumnus Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, ia berpikir bahwa tawaran tersebut sebagai wujud keakraban sebagai ciri khas NU yang diajarkan KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri dan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Nahdliyin dikenal mudah bergaul, hanya dengan kopi satu cangkir, camilan, dan rokok sudah bisa membuat suasana jadi gayeng penuh tawa.
"Pemuda NU, mulai dari IPNU-IPPNU, Ansor, Banser, Fatayat itu terkenal dengan keikhlasan dalam berjuang. Mungkin ini jadi alasan pemuda NU jadi menantu idaman," tutupnya.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Kendi Setiawan