Lemahnya Koordinasi Hambat Penyaluran Bantuan ke Pelosok NTB
Senin, 13 Agustus 2018 | 05:00 WIB
Jakarta, NU Online
Memasuki hari ketujuh setelah gempabumi dengan kekuatan 7 skala richter sejumlah kawasan di Lombok, Nusa Tenggara Barat dikabarkan masih belum mendapat bantuan. Penyebabnya selain karena lokasi yang jauh dari pusat bantuan dan akses yang susah dijangkau, namun juga lemahnya koordinasi antara lembaga dan relawan.
“Saya lihat bantuannya banyak, tapi tidak terkoordinasi. Persoalannya pusat informasi belum maksimal. Sehingga para relawan dan logistik tidak terkoordinir dan tersalurkan dengan baik,” kata ketua Majelis Dzikir Assufah Alhasanah, Lombok, Lalu Lutfi Ghazali kepada NU Online, Senin (13/8).
Tidak adanya koordinasi antara relawan dan pengelola logistik bantuan menyebabkan penyaluran logisktik bersifat personal dan berkelompok-kelompok. Sejumlah lembaga baik pemerintah maupun swasta menyalurkan bantuannya kepada kelompok dan jaringannya masing-masing.
Masalah lain yang timbul dari minimnya koordinasi adalah penyaluran bantuan yang tidak merata. Di Lombok Utara, bantuan banyak tersentral di kecamatan Pemenang dan Tanjung, sementara di Lombok Barat, bantuan banyak di kecamatan Gunung Sari.
Sementara itu, sejumlah kawasan di atas perbukitan yang kondisinya tak kalah parahnya mengalami kekurangan bantuan. “Nah di pelosok bukit paling atas, kondisinya parah, bantuan juga jarang sampai sana, kebanyakan mandeg di lokasi bawah,” katanya.
Dosen perguruan tinggi kampus swasta di Lombok Barat ini mengatakan bahwa kondisi jalan yang rusak akibat gempa menyebabkan bantuan tak tersalurkan secara maksimal. Sejumlah kawasan di perbukitan, lanjutnya, hanya dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua.
“Sebagai alternatif kita minta anak-anak muda di sini untuk menyalurkan bantuan dengan pakai motor trail, sambil membawa kardus berisi bantuan ke lokasi,” jelasnya.
Kawasan-kawasan yang tidak banyak dijangkau bantuan antara lain: Dusun Lekok Kecamatan Gangga, Desa Guntur Macan dan Desa Jeringo Kecamatan Gunung Sari, Desa Dangiang Kecamatan Kayangan, Kampung Kerujuk Desa Menggala Kecamatan Pemenang Barat.
Adapun kebutuhan logistik bantuan yang dibutuhkan berfariasi mulai dari makanan, minuman, air bersih, sanitasi, selimut, pakaian, tenda dan logistik bantuan lain untuk kebutuhan bertahan hidup.
Sementara itu, masa tanggap darurat penanganan dampak gempabumi di NTB yang seharusnya berakhir pada 11 Agustus 2018 diperpanjang 14 hari hingga 25 Agustus 2018. Selain dikarena tingginya intensitas gempa yang masih terjadi, perpanjangan ini diharapkan meningkatkan intensitas pemberian bantuan ke NTB seperti pengerahan personil, penggunaan sumberdaya dan penggunaan anggaran,
“Masih adanya korban yang harus dievakuasi, pengungsi yang belum tertangani dengan baik, gempa susulan yang masih terus berlangsung bahkan gempa yang merusak dan menimbulkan korban jiwa dan lainnya,” tulis laporan resmi BNPB.
Diharapkan dengan perpanjangan masa tanggap darurat maka pengerahan personil, penggunaan sumberdaya, penggunaan anggaran, pengadaan barang logistik dan peralatan, dan administrasi sehingga penanganan dampak bencana menjadi lebih cepat. (Ahmad Rozali)