Bandarlampung, NU Online
Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin memberikan kiat agar bisa terhindar dari hoaks. Ada lima kiat yang ia berikan untuk mencegah dan mengobati penyakit lisan dan tulisan (hoaks) yang berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain.
“Jangan terburu-buru memercayai berita yang tidak jelas kebenarannya. Bersikaplah kritis terhadapnya dengan membiasakan tabayyun, crosscheck, atau klarifikasi," ungkapnya, Kamis (26/9).
Kiat selanjutnya adalah mencegah diri sendiri atau orang lain dari menyampaikan berita dusta baik dengan lisan atau tulisan.
“Jangan mudah berburuk sangka kepada siapa saja karena sebagian buruk sangka itu perbuatan dosa,” tambahnya tentang kiat yang ia unggah di akun Facebooknya.
Kiai muda yang karib disapa Gus Ishom ini melanjutkan kiat selanjutnya adalah jangan turut serta atau terlibat dalam mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang lain. Sampaikan kritik yang konstruktif dengan prosedur yang benar dan cara yang santun.
“Jangan mengikuti hawa nafsu untuk suka bermusuhan dan membenci saat tidak setuju dengan pihak lain,” ujarnya.
Kiai Ishom menjelaskan pula bahwa setiap manusia dianugerahi satu lidah dan dua telinga oleh Allah SWT. Hal ini memiliki makna filosofi agar manusia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Tetapi senyatanya, lebih banyak manusia yang senang berbicara daripada mendengar dengan seksama.
“Celakanya, banyak orang yang membicarakan apa saja yang ia dengar. Bahkan, tanpa sempat meneliti benar atau tidak apa yang didengarnya. Akibatnya, terjadilah kegaduhan, fitnah, saling permusuhan dan bahaya-bahaya yang lain,” ungkapnya.
Hoaks itu Tercela
Menurut dia, banyak berbicara bohong, menggunjing, mengadu domba antarmanusia, memfitnah dan menebar berita dusta (hoaks) jelas tergolong budi pekerti yang tercela baik menurut agama maupun akal sehat.
Ia merasa prihatin, di zaman sekarang ini semua itu seperti dianggap wajar-wajar saja. Bahkan mungkin ada sementara orang yang menghalalkannya demi menangguk keuntungan politik dan upaya untuk meraih kekuasaan.
Saat lidah tidak terjaga dari semua hal negatif ini maka berbagai fitnah bertebaran, hubungan persaudaraan diselubungi oleh saling curiga dan lalu terputus, tertanam rasa saling dengki, masyarakat terpecah belah, teman menjadi musuh, dan saudara menjadi orang asing.
“Lidah-lidah yang tak terjaga itu bagai segerombolan lalat yang menebar penyakit saat menghinggapi siapa saja. Lidah yang tak terjaga itu membawa kerusakan di mana saja pemiliknya tiba,” katanya.
Penyebaran isu-isu dusta baik melalui lisan maupun tulisan untuk kepentingan apa saja, termasuk politik, harus dihindari demi menjaga keutuhan hubungan persaudaraan sebangsa dan persaudaraan sesama manusia.
“Saling bermusuhan itu tiada manfaatnya. Menang jadi arang. Kalah jadi abu," kata Kiai muda asal Lampung ini.
Keinginan hawa nafsu untuk menjatuhkan citra baik orang lain dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran agama dan norma-norma ketimuran, harus cepat dikekang.
Menurut Kiai Ishom, sangatlah tidak patut meraih kehormatan diri dengan cara menjatuhkan martabat orang lain. Lebih-lebih dengan memfitnah orang terhormat yang selalu menjaga kehormatannya.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Musthofa Asrori