LKNU Sebut Banyak Isu Kesehatan yang Tak Dibahas di Debat Capres 2024
Selasa, 6 Februari 2024 | 16:30 WIB
Jakarta, NU Online
Anggota Lembaga Kesehatan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LK PBNU) Dokter Syifa Mustika menyoroti debat calon presiden (capres) putaran terakhir yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC) pada Ahad (4/2/2024). Ia menyebut, ada banyak isu kesehatan yang terlewat dan tidak dibahas secara mendalam oleh para capres.
“Kemarin itu yang dibahas hanya isu kesehatan yang standar saja,” kata Syifa kepada NU Online, Selasa (6/2/2024).
Menurut Syifa, isu-isu kesehatan yang tidak dibahas secara mendalam dan terlewat itu antara lain tentang penyakit menular, kesenjangan akses kesehatan, dan seputar pendidikan kesehatan yang bahkan tidak tersentuh sama sekali.
“Isu soal kesehatan yang terlewat di debat kemarin itu banyak, yang diangkat di debat kemarin pun malah tidak diulas secara mendalam,” ujar dia.
Ia menyinggung isu tengkes atau stunting yang mengemuka dalam debat terakhir capres 2024. Akan tetapi, kata dia, pembahasan mengenai persoalan kesehatan tersebut belum disampaikan secara tuntas, bahkan terjadi miskonsepsi terkait penanganan tengkes.
“Tentang stunting itu nggak dibahas secara mendalam dan tidak tepat. Penanganan stunting itu perlu dipahami dengan baik. Batasan usia anak yang mengalami stunting hanya sampai usia lima tahun. Selain itu, ketika sudah mengalami stunting, anak harus ditangani di rumah sakit,” jelas Syifa.
Lebih lanjut Syifa menegaskan, perlu disosialisasikan kembali bahwa stunting bukan pada anak sekolah. Ia mengatakan, program pemberian makan pada anak sekolah tidak terkait stunting tetapi lebih penting untuk 1000 hari pertama kehidupan (pada masa kehamilan hingga anak usia dua tahun).
“Jadi, yang lebih penting mencegah stunting yang dimulai sejak 1000 hari pertama kehidupan,” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan Ketua Umum Perhimpunan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) Dokter Muhammad S Niam. Menurutnya, persoalan stunting tidak dapat diatasi hanya melalui pemberian makanan ataupun minuman gratis.
Sebab akar masalah stunting sangat kompleks, antara lain terkait faktor sosial-struktural, termasuk kesejahteraan perempuan. Karena itu, ia mengatakan bahwa pemberian makan siang gratis ibarat memberi pelampung agar tidak tenggelam.
“Mengatasi stunting dengan memberi makan siang gratis itu ibarat mengatasi banjir dengan memberi pelampung agar tak tenggelam,” tuturnya.