Nasional

LPPNU Berharap Harga Pupuk Tidak Naik

Rabu, 4 April 2012 | 02:29 WIB

Jombang, NU Online
Lembaga Pengembangan Pertanian NU (LPPNU) Jombang, berharap pemerintah bisa menjamin ketersediaan serta tidak menaikkan harga pupuk pada musim tanam kedua ini. Pasalnya, meski harga BBM tidak jadi naik, namun banyak biaya produksi pertanian mengalami kenaikan. <>

"Isu kenaikan harga BBM kemarin telah membuat semua komponen biaya produksi naik, kalau pupuk juga naik dan HPP tetap, petani tidak akan memperoleh untuk lagi," demikian dikatakan Ketua LPP NU Jombang, M Subhan,  Rabu ( 4/4).

Karenanya, pihaknya meminta pemerintah tidak menaikkan harga pupuk, terutama pada saat musim tanam ke II  sekarang. " Asal pupuk tidak naik, Kita yakin petani tetap bisa menikmati hasil yang baik pada musim panen kedua nanti," ujarnya.

Menurutnya, hasil panen petani melimpah pada tanam pertama kemarin, dibarengi harga yang stabil. Ini membuat para petani meraup keuntungan yang lumayan.

Di samping tidak menaikkan harga pupuk, pemerintah lanjutnya, diharapkan juga menjamin ketersediaan pupuk bagi petani.  "Ketersediaan pasokan pupuk saat para petani mulai butuh pupuh akhir bulan ini, harus dijamin pemerintah," tegasnya. 

Subhan membeberkan, pada panen pertama bulan kemarin, mayoritas petani di Jombang mendapatkan hasil yang baik. Untuk setiap hektar lahan, rata-rata bisa menghasilkan 7 ton gabah. Sedangkan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen dengan kadar air maksimum 25 persen dan kadar hampa/kotoran maksimum 10 persen adalah Rp 3.200 per kilogram.

"Dengan harga itu, petani masih bisa meraup Rp 23,1 juta per hektarnya. Dengan perkiraan, keuntungan bersih yang diraup  petani berkisar Rp 3 juta sampai Rp 5 juta," tuturnya.

Sementara itu, untuk menaikkan produksi, lembaga di bawah naungan NU ini juga mengajak kaum petani untuk meningkatkan hasil panen. Salah satunya adalah saat menanam dengan memperhitungan waktu tanam menggunakan ilmu falak atau astronomi, serta meningkatkan spiritualitas dengan menggelar doa dan sedekah desa sebelum turun menanam.

"Menanam dengan sistem kearifan lokal, menggunakan ilmu falak atau astronomi, serta menggelar doa dan sedekah desa sebelum turun menanam seperti. Yang dilakukan para ulama dan pendahulu kita," pungkasnya. 




Redaktur     : Syaifullah Amin
Kontributor : Muslim Abdurrohman


Terkait