Musyawarah Kerja Dema Amali Wilayah Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta di Ma'had Aly Roudlotul Mubtadi'in Balekambang, Jepara. (Foto: dok. Dema Amali)
Jakarta, NU Online
Presiden Nasional Dewan Mahasantri Asosiasi Ma’had Aly Indonesia (Dema Amali) A Moh Ahsan Saiful Rizal berharap pemerintah mengikutsertakan mahasantri dari Ma'had Aly dalam menerapkan pelajaran kecerdasan buatan artificial intelligence (AI) dan coding di madrasah dan pondok pesantren.
Hal ini disampaikannya saat musyawarah kerja Dema Amali Wilayah Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta di Ma'had Aly Roudlotul Mubtadi'in Balekambang, Jepara.
"Kita menyambut baik rencana penerapan AI dan coding jika diterapkan juga di pesantren. Menurut kita, agar lebih mudah di awal program, bisa uji coba di kalangan Ma'had Aly. Sebab di sana santrinya sudah dewasa, akrab dengan teknologi dan mudah diarahkan," jelasnya, Selasa (19/11/2024).
Menurutnya, AI akan lebih efisien jika dikenalkan ke mahasantri. Karena AI adalah alat pendukung produktivitas, sehingga mahasantri lebih siap turun di masyarakat ketika lulus.
"Kalau anak sekolah dasar sebaiknya pendidikan karakter dulu atau dikenalkan dasar-dasarnya saja. Kalau coding belum terlalu butuh," ungkapnya.
Ahsan menambahkan, saat ini di Indonesia sudah ada 81 Ma'had Aly. Sebanyak 24 Ma'had Aly berada di Jawa Tengah. Ma'had Aly memiliki keuntungan karena didukung oleh pesantren yang memiliki santri cukup banyak. Sehingga bisa jadi sarana penguatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
"Ma’had aly di Jawa Tengah ini merupakan Ma’had Aly terbanyak kedua setelah Jawa Timur, dengan jumlah 24 dari 81 Ma’had Aly se-Indonesia. Artinya, kita sudah tersebar di Indonesia," tegasnya.
Pemuda asal Pulau Madura ini menjelaskan, coding bagi mahasantri diharapkan bisa meningkatkan kompetensi numerasi dan kemampuan berpikir kritis. Sehingga mereka mampu menyelesaikan masalah secara sistematis serta melihat masalah secara keseluruhan.
"Menjadi pekerjaan rumah besar bagi Dema Amali dan pemerintah, baik di nasional maupun di wilayah, untuk membantu perkembangan akademik dan keorganisasian Mahasantri Ma’had Aly," kata Ahsan
Dikatakannya, sebagai mana diketahui, didirikannya Ma’had Aly untuk mencetak ulama yang mempunyai kedalaman ilmu agama yang berbasis kitab kuning, tapi sebagai mahasantri tentunya juga perlu faham terhadap keorganisasian, peka terhadap isi-isu kenegaraan dan teknologi
"Sehingga lulusan Ma’had Aly tidak hanya tafaquh fiddin, tapi juga ada yang menjadi ahli teknologi di masa mendatang, sehingga ada yang mensuplai kebutuhan Ma’had Aly dan pesantren. Apalagi rata-rata maha santri adalah pengurus pesantren," tandasnya.