Nasional

Mantan Ketua IPNU-IPPNU Ungkap Sejarah

Rabu, 26 September 2012 | 05:11 WIB

Kudus, NU Online
Udara Kudus terasa panas oleh sengatan matahari. Namun, kondisi tersebut tidak memengaruhi semangat pelajar NU Kudus berduyun-duyun menghadiri sebuah acara besar yang digelar di Gedung Muslimat NU Tanjung Karang Jati, Ahad (23/9). <>
Ya, siang itu menjadi hari istimewa dan bersejarah. Kegiatan Reuni Akbar Alumni yang dihelat PC IPNU-IPPNU Kudus mampu menghadirkan mantan-mantan ketua dari berbagai angkatan. Diantaranya, Ketua IPPNU tahun 1965 Hj Khuriyati Rf, Ketua IPPNU 1978-1982 HjNoor Zakiyah, Ketua IPNU-IPPNU periode 1983-1987 H Hamdan Suyuti dan Noor Izza, H Asyrofi Masyitho, H Wiyono, M Aflach.

Mereka hadir bukan sekedar melepas kangen sesama alumni melainkan saling mengupas sejarah perjalanan IPNU-IPPNU Kudus sesuai dengan era kepemimpinannya. Bukan hanya itu, kedatangan mantan-mantan aktivis IPNU-IPPNU yang semuanya menjadi tokoh itu mampu menjadi dorongan  motivasi bagi generasi penerus perjuangan sekarang.

Meski sudah tergolong generasi tua, mereka masih memiliki memori kenangan yang disampaikan secara runtut. Bahkan buku-buku administrasi semacam laporan Pertanggung-jawaban pada masanya, diantara mereka masih banyak yang menyimpan.

Hj Khuriyati Rf misalnya, mantan Ketua IPPNU periode 1965-an ini membawa diktat LPJ periodenya ditunjukkan kepada hadirin. “Ini sebagai dokumen sejarah bagi anak cucu. Silahkan datang ke rumahku, nanti saya tunjukkan dokumen dan foto-foto kepengurusan masa lalu,” katanya yang disambut tepuk tangan hadirin.

Mengenai sejarah, Khuriyati memaparkan berdirinya IPNU-IPPNU Kudus pertama kali pada tahun 1955 yang diketuai almarhum KH Maksum Rosyidi (Jekulo). “Sementara saya generasi ketiga bersama bapak Chumaidi. Yang menjadi catatan sejarah pada masa-ku adalah mendirikan IPNU-IPPNU di SMA Negeri I Kudus,” tuturnya.

H Hamdan Suyuthi  menuturkan perjalanan IPNU-IPPNU pada masanya menggerakkan roda organisasi melalui pembinaan secara menyeluruh mulai regenerasi, kaderisasi atau pendidikan maupun bakti sosial. Begitu pula, pengembangannya selalu turun ke bawah secara terus menerus kepada semua kelompok tidak terkecuali anak jalanan.  

“Kalau sekarang ya seperti Jokowi melakukan pendekatan secara humanis, Dulu juga pernah mengadakan festival musik anak jalanan,” ingat ketua IPNU Kudus generasi keenam ini.

Sedangkan mantan Ketua IPNU periode 80 an H Asyrofi menekankan seseorang mencatat sejarah yang baik maupun positif merupakan bagian dari investasi masa depan yang tak ternilai. Apalagi sejarah adalah hal penting yang tidak mudah dilupakan sampai pada akhirnya.

“Oleh karenanya, kita masih memiliki kesempatan mengukir sejarah lewat berbagai kreasi dan strategi perjuangan dengan penuh keikhlasan. Idealnya,perjalanan IPNU-IPPNU semakin hari harus selalu naik bukan naik turun,” tegasnya memotivasi.

Ketua IPNU Periode 1992-1995 H Wiyono bercerita pada masanya banyak cerita-cerita kasih yang sampai maupun tak sampai. Menurutnya, pada masa itu, IPNU-IPPNU tidak lagi asing bagi pelajar-pelajar dari kalangan sekolah umum. Bahkan, banyak melahirkan kader-kader IPNU yang sekarang menjadi tokoh nasional seperti ketua Umum GP Ansor H Nusron Wahid.

Diakhir acara, baik Khuriyati dan H. Hamdan memberikan motivasi bahwa kader harus berani maju untuk kebaikan.”Kader IPNU-iPPNU harus berani, jangan takut salah dan takut tidak berhasil. Tapi harus selalu berhasil,” pesan H.Hamdan yang juga menantu Musytasyar PBNU KH Sya’roni Ahmadi.

Melihat ungkapan mantan ketua IPNU-IPPNU Kudus itu, dinamika perjalanan organisasi pelajar di kota kretek ini dari waktu ke waktu mengalami perkembangan kemajuan yang signifikan. Bahkan. Kalau boleh dibilang Kudus menjadi barometer IPNU-IPPNU di Jawa Tengah. “Insya Allah semuanya yang diungkap akan kita jadikan buku sejarah IPNU-IPPNU Kudus dari masa ke masa,” kata Dwi Saifullah.


Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor : Qomarul adib


Terkait