Masuki Musim Pancaroba, BMKG Ingatkan Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem
Selasa, 31 Oktober 2023 | 14:00 WIB
Jakarta, NU Online
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan atau mewanti-wanti seluruh masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan (pancaroba).
"Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama musim peralihan. Mulai dari hujan lebat disertai petir dan angin kencang serta hujan es," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangan persnya yang diterima NU Online, Selasa (31/10/2023)
Dwikorita mengatakan, arah angin bertiup sangat bervariasi sehingga mengakibatkan kondisi cuaca bisa dengan tiba-tiba berubah dari panas ke hujan, atau sebaliknya. Namun, secara umum biasanya cuaca di pagi hari cerah, kemudian siang hari mulai tumbuh awan, dan turun hujan menjelang sore hari atau malam.
Ia menyebut awan Cumulonimbus (CB) biasanya tumbuh di saat pagi menjelang siang, bentuknya seperti bunga kol, warnanya keabu-abuan dengan tepian yang jelas. Namun menjelang sore, awan ini akan berubah menjadi gelap yang kemudian dapat menyebabkan hujan, petir dan angin.
"Curah hujan dapat menjadi salah satu pemicu bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir bandang dan tanah longsor. Karenanya, kepada masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan yang rawan longsor, kami mengimbau untuk waspada dan berhati-hati," tuturnya
Baca Juga
Ini Tiga Cara Mendatangkan Hujan
Dwikorita mengatakan, BMKG memprediksi awal musim hujan umumnya akan terjadi pada Oktober-Desember 2023 sebanyak 477 zona musim (ZOM) atau 68,2 persen. Sementara puncak musim penghujan umumnya diprakirakan pada bulan Januari–Februari 2024, sebanyak 385 ZOM (55,1 persen).
Dibandingkan dengan normal, awal musim hujan 2023/2024 pada 699 ZOM di Indonesia diprediksikan mundur sebanyak 446 ZOM (64 persen), Sama 56 ZOM (8 persen), dan Maju 22 ZOM (3 persen).
Baca Juga
Ragam Doa Meminta Hujan Nabi Muhammad
Sementara 50 ZOM (7 persen) sudah masuk musim hujan, 12 ZOM (2 persen) dengan musim hujan sepanjang 2023, dan 113 Zom (16 persen) dengan tipe 1 musim sepanjang tahun. Sementara sifat hujan pada periode musim hujan 2023/2024 diprakirakan normal 566 ZOM (80,9 persen), atas normal sebanyak 69 ZOM (9,9 persen), dan bawah normal 64 ZOM (9,2 persen).
Dwikorita juga meminta kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan institusi terkait untuk melakukan langkah mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologis selama musim hujan, terutama di wilayah yang mengalami sifat musim hujan atas normal (lebih basah dibanding biasanya). Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana banjir dan tanah longsor.
Selain itu, ia berharap agar pemerintah daerah dapat lebih optimal dalam mengedukasi masyarakat tentang cara menghadapi risiko bencana yang mungkin terjadi selama musim hujan, serta pentingnya memperhatikan peringatan dini.
"Pemerintah daerah dan sektor terkait juga diharapkan dapat menjadikan informasi prakiraan musim hujan 2023/2024 ini sebagai acuan untuk menyusun rencana aksi dini (early action), dalam rangka menekan kerugian yang dapat ditimbulkan adanya bencana hidrometeorologis," pungkasnya.