Nasional

Masyarakat Diminta Waspada Berita Hoaks Seputar Bencana Tsunami

Ahad, 23 Desember 2018 | 02:45 WIB

Masyarakat Diminta Waspada Berita Hoaks Seputar Bencana Tsunami

Gelombang Tinggi (Ant)

Jakarta, NU Online
Masyarakat luas terutama yang berada di kawasan bibir pantai Selat Sunda di kawasan Anyer di Pantai Barat Banten diminta berhati-hati dengan kejadian tsunami yang terjadi. Pasalnya dalam keadaan seperti ini kerap terjadi penyebaran berita yang tidak benar atau hoaks untuk memicu keresahan masyarakat.

"Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Masyarakat juga diimbau menjauh dari pantai perairan Selat Sunda, hingga ada perkembangan informasi dari BMKG dan Badan Geologi," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati, melalui keterangan yang diterima NU Online, Ahad (23/12).

BMKG menyiarkan terjadinya 'peristiwa tsunami di Pantai Barat Banten tidak dipicu oleh gempa bumi'. BMKG mendeteksi dan memberikan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku tanggal 22 Desember pukul 07.00 WIB hingga 25 Desember 2018 di wilayah perairan Selat Sunda.

Melalui rilis tersebut dilaporkan pula bahwa pada pukul 09.00-11.00 WIB terjadi hujan lebat dan angin kencang di perairan Anyer, yang berasal dari laporan tim lapangan BMKG. 

Menurut keterangan Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat di BNPB Sutopo Purwo Nugroho Tsunami tersebut mengakibatkan puluhan korban jiwa meninggal dunia dan ratusan orang luka-luka.

"Data sementara dampak tsunami di Selat Sunda: 43 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka dan 2 orang hilang. Kerusakan fisik meliputi 430 unit rumah rusak berat, 9 hotel rusak berat, 10 kapal rusak berat," kata Sutopo Purwo Nugroho melalui akun twitternya, Ahad (23/12). 

Dari video berdurasi 36 detik yang ditayangkan, tampak sebuah kawasan bibir pantai yang rusak parah; sejumlah bangunan tampak hancur. Beberapa mobil dan kapal berhamburan, dengan serpihan bangunan di mana-mana. 

Seseorang dalam video memanggil-manggil barangkali ada orang di bawah reruntuhan, sambil menjelaskan kondisi di sekitar kawasan. "Masih hujan rintik-rintik laut tenang," kata video yang diunggah Sutopo pukul 08.42 WIB.

Sutopo menjelaskan bahwa tsunami yang terjadi merupakan akibat dari letusan anak gunung Karakatau. "Fenomena tsunami di Selat Sunda termasuk langka. Letusan Gunung Anak Karakatau juga tidak besar. Tremor (terjadi terus) menerus namun tidak ada frekunsi tinggi yang mencurigakan. Tidak ada gempa yang memicu tsunami saat itu. Itulah sulitnya menentukan penyebab tsunami di awal kejadian," jelasnya. (Ahmad Rozali)


Terkait