Bekasi, NU Online
Kabar wafatnya ulama kharismatik yang juga Mustasyar PBNU KH Maemoen Zubair yang meninggal di Makkah Arab Saudi mengejutkan berbagai pihak. Termasuk juga Koordinator Gusdurian Bekasi Raya Muhammad Shofiyulloh.
"KH Maimoen Zubair adalah sosok yang tidak pernah lepas dari kegiatan ta'lim wa ta'allum atau belajar mengajar," ungkapnya kepada NU Online, Selasa (6/8).
Hal tersebut dikatakan saat mengenang pertemuannya dengan kiai sepuh yang akrab disapa Mbah Moen itu.
"Mbah Moen sering memberikan keteladanan sehingga banyak yang ingin bertemu dengan beliau, untuk tabarrukan atau ngalap berkah," kata Kang Opi, demikian ia akrab disapa.
Dikatakan, Mbah Moen merupakan alumni awal dari Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Maka, itu menjadi salah satu keinginannya untuk menemui Mbah Moen.
"Untuk bisa bertemu beliau itu, prosesnya selama empat tahun. Dari Lirboyo ke Sarang itu, perjuangannya luar biasa. Mulai dari mbonek (numpang truk), naik angkot, sampai mengendarai motor tua," kata Kang Opi, yang sejak kecil nyantri di Lirboyo.
Ia menuturkan, hampir setiap liburan pondok pasti menyempatkan diri untuk berangkat sowan ke Mbah Moen. Namun sayang, selalu tidak bisa bertemu.
"Saya ini selalu mengidolakan beliau dan pengen banget ketemu, salim, minta doa. Itu saja. Tapi Mbah Moen selalu sulit ditemui. Mulai karena ada acara, banyak tamu, sakit, atau beliau sedang ada acara di luar pondok," tuturnya.
Sampai pada akhirnya ia berkisah, saat sedang pulang ke kampung halaman di Brebes, Jawa Tengah ia diajak sang paman ke Cirebon, karena ada acara pernikahan cucu Mbah Moen dengan keluarga dari Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj.
"Waktu saya ke sana, kamar Mbah Moen dijaga ketat dan tidak ada yang boleh bertemu. Tapi ndilalah (kebetulan) saya dengan paman saya itu boleh masuk karena Mbah Moen kenal sama paman saya," jelas Kang Opi.
Di situ, ia lantas mencium punggung tangan Mbah Moen berkali-kali dan memohon agar didoakan oleh guru bangsa yang telah wafat di Tanah Suci Mekkah itu.
"Kita kehilangan Mbah Moen, tapi nasihat-nasihatnya akan abadi. Al-Fatihah," pungkasnya.
Mewakili Keluarga Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, H Majid Kamil (Gus Kamil) mengatakan, Mbah Mun akan dimakamkan di Jannatul Ma'la, Makkah, Arab Saudi. Di mana tempat tersebut menjadi tempat peristirahatan terakhir para keluarga besar dan sahabat nabi.
Menurut Gus Kamil, keluarga sudah melakukan musyawarah dan sepakat dan ikhlas jika beliau dimakamkan di sana. Jenazah almarhum sudah dimandikan, dan disalatkan oleh para sahabat Muhajirin yang ada di sana.
Bahkan kata Gus Kamil, dia sudah melihat jenazah Mbah Mun disalatkan di Masjidil Haram disana melalui Vidio call salah satu santri Mbah Mun bernama Asrofi yang mendampingi.
Oleh karena itu, keluarga berharap bagi masyarakat Kabupaten Rembang khususnya dan Indonesia pada umumnya mengajak untuk mendo'akan Mbah Mun."Kami dari pihak keluarga sudah ikhlas kalau Mbah Mun dimakamkam di sana. Alhamdulillah pemerintah Indonesia juga membantu," kata Gus Kamil. (Aru Elgete/Muiz)