Jakarta, NU Online
Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Fariz Alnizar mengatakan James L. Pecock dalam bukunya Rites of Modernization antara lain menyebutkan "Kalau ingin tahu banyak soal NU datanglah ke kedai kopi. Di situ banyak pengurus NU yang berbaur dan berdiskusi di masyarakat."
"Saya ingat betul tahun 1968 ada sebuah buku judulnya Rites of Modernization. Ini karyanya James L. Peacock. Salah satu pernyataan Peacock yang sangat menarik di buki ini adalah "Kalau ingin tahu banyak soal NU datanglah ke kedai kopi, di situ banyak pengurus NU yang berbaur dan berdiskusi di masyarakat," ujar Fariz saat Webinar Internasional dengan tema Integrasi Ahlussunnah Wal Jama’ah An-Nhadliyah dalam Kode Etik Akuntan, Rabu (16/11/2022).
Dalam webinar yang diadakan oleh Lembaga Profesi Ekonomi dan Keuangan (LPEK PB PMII) bekerja sama dengan Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) ini Fariz membeberkan bahwa pernyataan tersebut lahir dari penelitian James L. Peacock di Sulawesi Selatan. Peacock mengunjungi dua kantor, yaitu Pengurus Cabang Muhammadiyah, dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama.
"Ketika berkunjung tahun 1968 ke Pengurus Cabang Muhammadiyah Peacock menemukan sebuah kantor yang lengkap dengan tata administrasi yang cukup modern pada zaman itu. Tertata rapi, kemudian sesuai dengan standar administrasi sebuah organisasi yang dikenal dengan citra modernya," jelasnya.
Sementara ketika Peacock datang ke kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama di Sulawesi Selatan, Peacock tidak menemukan sama sekali dokumen administratif di ruangan tersebut. Bahkan ada satu orang yang ditemui oleh Peacock masih mengenakan sarung dan baru bangun tidur pada pukul sepuluh pagi.
"Yang kontras ini menjadikan Peacock akhrnya menginvestigasi ulang lebih jauh sebetulnya karakter dua organisasi ini seperti apa," kata Fariz.
Menurut Fariz, meskipun buku lama, Rites of Modernization bisa menjadi dasar untuk membaca secara kontekstual tradisi NU, bagaimana karakter NU dikembangkan dan dipahami.
Wakil Rektor II Unusia, apa yang dikatakan oleh James L. Peacock merupakan sebuah kritik, tetapi di sisi lain merupakan reflektif.
"Kenapa? Karena mungkin pengurus-pengurus yang nggak ada di kantor itu dia sedang menggali informasi, biasa berbaur dengan masyarakat, masuk ke dalam kampung-kampung yang jauh dari persoalan-persoalan yang sifatnya administratif. Justru itu mungkin yang jauh lebih aktual, dan juga relevan dibutuhkan masyarakat saat itu," lanjut doktor lulusan UGM tersebut.
Selain itu, untuk memahami karakter NU lainnya berkaca dari survei Litbang Kompas tahun 2015, citra diri NU yang paling besar adalah mewujdukan iklim toleransi.
"Tetapi citra mengusahakan perkembangan ekonomi kerakyatan atau perekonomian rakyat nyaris paling sedikit," ungkapnya.
Dengan demikian, citra NU untuk mengusahakan perkembangan ekonomi kerakyatan sangat menarik untuk didiskusikan sebagai bahan kajian untuk refleksi bersama, kira-kira bagaimana posisi NU ada di mana hari ini.
Fariz mengatakan sulit sekali untuk menemukan riset-riset terkini betapa NU punya peran siginifikan dalam pengembamgan ekonomi, termasuk kajian bidang ekonomi.
"Ini kritik yang menurut saya relevan hari ini," ujarnya.
Kontributor: Malik Ibnu Zaman