Nasional

Membaca Al-Qur’an Bisa Jadi Makruh Jika...

Sabtu, 25 Maret 2023 | 20:00 WIB

Membaca Al-Qur’an Bisa Jadi Makruh Jika...

Ilustrasi: Freepik

Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Tegalrejo Magelang KH Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) menjelaskan bahwa salah satu amalan yang paling baik yang bisa dilakukan umat Islam saat puasa di bulan Ramadhan adalah membaca atau tadarus Al-Qur’an. Hal ini didasarkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan Nuzulul Qur’an atau waktu diturunkannya Al-Qur’an.


Namun, Gus Yusuf mengingatkan semangat dalam membaca Al-Qur’an ini jangan sampai kebablasan dan menjadikan situasi serta kondisi lingkungan tidak kondusif. Di antaranya dengan menggunakan pengeras suara yang melebihi batas kewajaran dan menjadikan orang lain terganggu karena sampai larut malam.


"Membaca Al-Qur’an itu bagus hukum asalnya, berpahala. Tetapi baca Al-Qur’an bisa jadi makruh," katanya dalam video yang ditayangkan di Gus Yusuf Channel, Sabtu (25/3/2023).


"Al-Qur’annya bagus, tapi mungkin waktunya yang tidak tepat. Terus tempatnya juga nggak pas. Al-Qur’an itu berpahala ketika kita baca di tempat yang pas, pada waktu yang pas," imbuhnya.


Ia memberi contoh kemakruhan tempat membaca Al-Qur’an seperti membacanya di kamar mandi atau di jalan sehingga mengganggu lalu lintas masyarakat. Sementara kemakruhan terkait waktu jelasnya, seperti membaca Al-Qur’an sampai larut malam menggunakan pengeras suara.


Jikalau pun harus menggunakan pengeras suara, ia menyarankan untuk menggunakan suara dalam masjid atau dengan volume yang tidak berlebihan sehingga bisa mengganggu orang lain.


"Karena kalau kita memakai sound system keluar lebih dari jam 9 malam kasihan tetangga-tetangga. Karena tidak semua orang sama dengan kita. Ada yang mungkin jam 8 harus tidur. Karena apa? Karena Jam 2 malam dia kerja shift malam," ia memberi contoh. 


Namun hal ini menurutnya juga bisa berbeda jika memang tradisi yang ada di masyarakat tidak mempermasalahkannya. Karena di berbagai daerah memang sudah terbiasa dengan hal-hal tersebut. Namun ketika berada di tengah-tengah masyarakat yang majemuk, maka harus dipertimbangkan.


"Apalagi ada yang non-Muslim. Kita harus menjaga itu. Karena kita tidak hanya punya kewajiban hablun minallah, berbaik-baik kepada Allah, tetapi kita juga harus hablun minannas, kita harus menjaga hubungan kebaikan kita terhadap sesama," jelasnya.


Fokus ibadah dan tanah nafsu
Pada kesempatan tersebut, Gus Yusuf juga mengingatkan seluruh umat Islam untuk tidak terjebak dalam pemuasan dan pemenuhan hawa nafsu saat puasa di bulan Ramadhan. Semua harus menyadari bahwa tujuan puasa sendiri adalah untuk menahan nafsu bukan justru mengumbar nafsu.


"Ramadhan tujuannya adalah untuk kita memperbanyak pahala ibadah. Bukan untuk memperbanyak hal-hal yang bersifat duniawi,” katanya.


Ia mengingatkan bahwa dalam hidup kita selama 12 bulan (1 tahun), 11 bulannya sudah di habiskan untuk urusan-urusan dunia. Sehingga umat Islam harus mampu menyisihkan waktu satu bulan untuk fokus beribadah di bulan Ramadhan dengan tetap melaksanakan kewajiban seperti mencari nafkah hidup.


"Kita tetap harus bekerja kan di bulan Ramadhan karena juga kita butuh untuk persiapan lebaran. Tapi ojo ngoyo-ngoyo itu loh," sarannya.


"Kadang-kadang kita nggak ngejar khatam berapa, tapi ngejar rotinya bisa laku berapa bal. Minimal dalam satu bulan ini kita khatam satu kali lah, kalau khatam satu kali berarti per harinya 1 juz. One Day One Juz ya syukur-syukur bisa dua kali sehari bisa dua jus syukur-syukur bisa tiga kali minimal 3 kali lah dalam satu bulan ini bisa khatam Al-Qur'an," pungkasnya.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan