Nasional

Menengok Rahasia Pabrik Pengemasan Air Zamzam di Makkah

Jumat, 22 Juli 2022 | 06:30 WIB

Menengok Rahasia Pabrik Pengemasan Air Zamzam di Makkah

Foto replika sumur Zamzam (Foto: NU Online/Mukafi Niam)

Makkah, NU Online 
Tumpukan kardus berisi air Zamzam setinggi dua meter teronggok di sebuah sisi lobi Hotel Ya’kub Bek Al Qunandi yang menjadi hotel penginapan jamaah haji Indonesia bernomor 204 di kawasan Shisyah Makkah. Masing-masing kardus berisi 40 botol dengan dengan ukuran 330 ml. Di ruang media center haji (MCH) di kantor Daerah Kerja Makkah, yang masih dalam satu deretan hotel-hotel di sektor 2, air Zamzam botolan tersebut juga disediakan.

 
Pemerintah Arab Saudi menyediakan satu liter air Zamzam setiap hari kepada setiap jamaah secara cuma-cuma. Dengan sekitar satu juta jamaah haji, minimal setiap harinya didistribusikan 1 juta liter air Zamzam. Setiap jamaah mendapatkan jatah tiga botol. Air dalam botol kecil memiliki kepraktisan untuk dibawa ke mana-mana.

 
Pada masa lalu, air Zamzam didistribusikan dalam galon yang diletakkan di tempat tertentu, sehingga tidak dapat diakses dengan mudah oleh semua jamaah haji. Selain mendapatkan air dalam kemasan botol, jamaah juga dapat minum air Zamzam di beberapa tempat umum di Makkah dengan membuka krannya.

 
Pengemasan air Zamzam khusus untuk jamaah haji ini ternyata dilakukan oleh Zamazemah Company, yang berlokasi di daerah Kudai, Makkah. Untuk air Zamzam yang dijual, dikelola oleh perusahaan lain. Tak sembarangan orang boleh masuk ke lokasi ini. Rabu (20/7/2022) malam rombongan tim Media Center Haji mendapat kesempatan mengunjungi pabrik dua lantai.

 
Hasan Mahmud Abu Al-Faraj, managing director; Abdul Basit Yahya Al-Mahdi, Sekretaris Eksekutif, dan beberapa karyawan perusahaan menyambut kedatangan kami di lantai dua. Suasana terlihat lengang ketika masuk ke dalam pabrik, namun mesin-mesin pengolah bekerja secara otomatis dengan sistem ban berjalan. Hanya terlihat beberapa orang karyawan yang mengawasi proses pengemasan air Zamzam untuk memastikan semua berjalan dengan normal.

 
Mahmud menyampaikan, dalam satu jam, pabrik ini mampu menghasilkan 10 ribu botol. Di sisi ruang produksi, terdapat gudang yang berisi tumpukan tinggi kardus-kardus berisi air yang telah siap didistribusikan.
 

Pengelolaan air Zamzam dilakukan oleh beberapa keluarga yang dari waktu ke waktu diwariskan ke generasi berikutnya; sebagaimana pengelolaan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina yang hingga saat ini dikelola secara turun-temurun dalam maktab-maktab tertentu.
 

Di dinding pabrik tersebut, juga dipajang lisensi pengelolaan air Zamzam oleh keluarga tertentu. Kini keturunan para pemilik lisensi tersebut yang kemudian melanjutkan pengelolaan air Zamzam dalam bentuk perusahaan. 

 
Pada masa lalu ketika teknologi masih sederhana, Zamzam disimpan dalam teko atau kendi tradisional Arab yang umumnya berbentuk lancip memanjang. Masing-masing kendi diberi tanda tertentu sebagai representasi keluarga yang melayani kebutuhan air Zamzam untuk jamaah haji.

 

Tampak dari dekat replika sumur Air Zamzam di Makkah. (Foto: NU Online/Mukafi Niam) 
 

Abdul Basit Yahya Al-Mahdi, Sekretaris Eksekutif Zamazemah Company menyampaikan, kendi-kendi ditandai dengan membakar bukhur, arang tapi berbau harum. Sebagai penghormatan kepada jamaah haji yang datang, dari kendi besar, kemudian dituangkan dalam sebuah wadah kecil seperti gelas. 

 
Terdapat banyak contoh kendi di ruangan lantai 2 yang didesain seperti museum Zamzam itu. Dari yang sangat besar, seperti guci berukuran tinggi hampir 1 meter dan diameter 50 centimeter, sampai yang kecil untuk ditenteng, layaknya tumbler. Modelnya juga macam-macam. Terdapat satu kendi kecil yang ada tutupnya, konon untuk menjaga agar tetap dingin.

 
“Air Zamzam air bisa menjadi syifa atau obat, yang mana manfaat dan khasiatnya baik,” kata Abdul Basith.


Yang cukup unik, ternyata ada sebuah manekin yang menggambarkan pekerja air Zamzam. Mereka ternyata menggunakan sarung sebagaimana dipakai oleh Muslim Indonesia pada umumnya.


Foto-foto lama yang memperlihatkan perubahan proses pengolahan air Zamzam di tempel di dinding dengan ukuran besar. Dari foto hitam putih, terlihat air dimasukkan dalam jeriken-jeriken menggunakan selang panjang. Pada foto bagian lain, ditunjukkan air Zamzam sudah dikemas bentuk galon air berkapasitas 19 liter. Mesin pengolah air galonan juga masih terpasang, namun tidak dioperasikan.

 
Munculnya air Zamzam memiliki sejarah panjang, yang dimulai sekitar 4 ribu tahun lalu ketika Siti Hajar lari dari Safa ke Marwa sampai tujuh kali untuk membasahi mulut kecil Ismail yang kehausan sampai akhirnya mengucurlah air. Siti Hajar kemudian mengucapkan “Zomë Zomë,” yang berarti "berhenti mengalir” dalam rangka upayanya untuk menampung air tersebut. Kata inilah yang kemudian diadaptasi menjadi Zamzam.

 
Sebagai komoditas yang sangat berharga di tengah gurun, keberadaan air ini kemudian menjadi tempat persinggahan pada kabilah yang lewat, yang seiring berjalannya waktu menjadi pemukiman. Sejarah Makkah berawal dari sejarah ditemukannya air Zamzam. Nabi Ibrahim bersama Ismail kemudian membangun kembali Ka’bah yang didirikan oleh Nabi Adam. Inilah pertautan yang sangat erat antara Ka’bah dan air Zamzam.

 
Terdapat masa di mana sumber air Zamzam berhenti mengalir karena sumurnya ditutup oleh suku Jurhum yang sebelumnya menguasai Makkah, namun kalah perang dan terpaksa angkat kaki dari Makkah. Sumur tersebut baru ditemukan kembali oleh kakek Nabi Muhammad, Abdul Muthalib yang melakukan penggalian kembali berdasarkan isyarat mimpi. Dari waktu tersebut hingga kini, sumur Zamzam tak pernah lagi berhenti mengalirkan air untuk siapa pun yang datang ke Makkah. Sumur tersebut tak pernah kering, hanya pada waktu-waktu tertentu, volumenya berkurang.           

 
Berlokasi cukup dekat Maqam Ibrahim, di bagian luarnya, berada pada sekitar sudut di mana Hajar Aswad berada, sumur Zamzam ditutup untuk perluasan mataf atau area untuk thawaf. Foto-foto lama masih menunjukkan ada bangunan di dekat Ka’bah. Di pabrik tersebut, terdapat sebuah replika sumur air Zamzam, dengan lubang tengah berdiameter 1 meteran. Sebuah kerekan dan timba plastik menjadi alat untuk mengambil air dari kedalaman 30 meter. Replika sumur tersebut juga dipajang di pabrik.
 

“Ketika masa kecil, sampai bisa turun ke sumur air Zamzam. Akan tetapi karena sekarang sudah semakin ramai, peziarah dan para jamaah haji, akhirnya sekarang sudah tidak bisa turun ke bawah,” ujar Hasan Mahmud Abu Al-Faraj.

 
Metode tradisional untuk mengambil air sudah sepenuhnya ditinggalkan. Untuk memenuhi kebutuhan air Zamzam, pemerintah Arab Saudi membangun jaringan pipa air dari Masjidil Haram menuju Kudai. Dari situ, air baru diambil menggunakan kendaraan khusus untuk dikirimkan ke Zaidi yang berjarak sekitar 10 kilometer di mana pabrik ini beroperasi.

 
“Pengemasan tidak dapat dilakukan di Kudai karena daerah tersebut merupakan wilayah yang digunakan untuk kawasan perhotelan bagi jamaah haji,” terang Hasan Mahmud.  
 

Untuk memastikan aspek kebersihan dan kesehatannya terjaga, Hasan Mahmud menyampaikan, terdapat tiga kali pengecekan sampel air ketika air dimasukkan dalam tangki, lalu saat berada di tempat pengemasan, dan terakhir kontrol kualitas dilakukan dalam botol sebelum pendistribusian.
 

“Tidak hanya orang perusahaan, tetapi juga perwakilan dari pemerintah yang mengecek kadar air Zamzamnya,” papar Mahmud.

 
Setelah air dikemas, maka didistribusikan ke masing-masing hotel tempat jamaah haji menginap. Mekanismenya sudah menggunakan teknologi komunikasi digital yang mana masing-masing perwakilan jamaah haji berkoordinasi untuk memastikan proses distribusi sampai ke tangan jamaah haji berlangsung dengan lancar.
 

“Beda dengan zaman dahulu yang mana orang Zamzam datang ke hotel menuliskan berapa jumlahnya, yang akan menerima, dan lain sebagainya,” terangnya.

 
Terdapat tiga masjid yang selalu menyediakan air Zamzam kepada jamaah, yaitu Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Quba.
 

Dapat dicampur air biasa
 

Salah satu keluhan dari para jamaah haji adalah sedikitnya air yang dapat dibawa pulang ke kampung halaman, yaitu hanya 5 liter. Namun, jika melihat wadah-wadah kecil terbuat dari besi yang isinya hanya sekitar 100 ml, jumlah yang didapat saat ini sudah sangat banyak. Sesampainya di rumah, air Zamzam tersebut tersebut dicampur dengan biasa.

 
Mahmud menyampaikan, sebaiknya air Zamzam dicampur dengan air biasa, yang nantinya juga berubah jadi Zamzam ketika dicampur. Saran ini disampaikan berdasarkan riset yang dilakukan oleh Prof Yahya Hamza Koshak bahwa air biasa yang dicampur dengan air Zamzam akan berubah menjadi Zamzam.
 

“Menurut penelitian, apa yang dilakukan jamaah haji itu bagus dan benar karena tidak perlu membawa banyak air, tinggal dicampurkan ke dalam banyak air yang ada di rumah, tidak mengurangi keasliannya,” tutur Mahmud.
 

Air Zamzam memang istimewa. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, “Atap rumahku terbuka saat aku di Makkah, Jibril as lalu turun dan membuka dadaku. Kemudian ia membersihkan dadaku dengan air Zamzam. Lalu, ia membawa baskom emas yang penuh hikmah dan iman. Setelah itu, ia meraih tanganku dan mengajakku naik ke langit yang bawah,” sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari.
 

Pewarta: Achmad Mukafi Niam
Editor: Syamsul Arifin