Nasional

Mengenal Kamus Al-Marbawi

Sabtu, 8 Desember 2012 | 04:05 WIB

Al-Marbawi adalah nama kamus Bahasa Arab-Melayu yang banyak dipakai kalangan santri nusantara beberapa dekade lalu. Lengkapnya Kamus Idris al-Marbawi karya Syaikh Muhammad Idris Abdul Rauf al-Marbawi. 
<>
Kamus ini terbit pertama kali tahun 1937, dengan aksara Arab dan berbahasa Melayu. Penyusun kamus ini, Syaikh Idris, lahir  di Misfallah, Mekah, pada 28 Dzulqaidah 1313 H/ 10 Mei 1896. Kedua orang tuanya berasal dari Lubok Merbau, Kuala Kangsar, Perak Darul Ridzuan. 

Ketika berusia 10 tahun, Idris sudah mampu menghafal 16 juz al-Qur’an dan beberapa kitab pelajaran lain. Setelah hampir sepuluh tahun berada di Mekah, pada 1906 Idris dibawa pulang orang tuanya ke Malaysia.

Sekembalinya ke Malaysia, Idris melanjutkan pelajarannya di Sekolah Melayu Lubok Merbau (kini dikenal sebagai Sekolah Kebangsaan Syaikh Mohd Idris al-Marbawi). 

Lalu, beliau meneruskan di beberapa pesantren, di antaranya Pesantren Wan Mohammad, Bukit Chandan, Kuala Kangsar (sekarang Madrasah Idrisiah), Pesantren Tuan Hussien al-Masudi (Kedah), Pondok Syaikh Ahmad al-Fatani (Bukit Mertajam), dan Pondok Tok Kenali (Kelantan). Setelah menamatkan sekolah, Idris menjadi guru agama di Perak.

Tahun 1924, Idris melanjutkan sekolahnya ke Universitas al-Azhar dan ke Mekah. Pada masa inilah, Idris menyusun kamus al-Marbawi. Awalnya, kamus ini disusunnya bersama dua orang sahabatnya, Syaikh Juned Tola dan Syaikh Tahir Jalaluddin. Tetapi, karena kedua sahabatnya pulang kampung, dirinyalah yang kemudian menyelesaikannya.

Kamus al-Marbawi terdiri dari dua jilid. Jilid pertama memiliki tebal 384 halaman dan jilid kedua 401 halaman. Juz pertama, seperti dijelaskan di bagian cover dalam, berisi 18.000 kalimat Arab dengan terjemahan Melayu ditambah 700 gambar ilustrasi. 

Juz kedua juga menghimpun 18.000 kalimat Arab disertai terjemahan Bahasa Melayu plus 500 gambar ilustrasi. Kamus ini disusun secara alfabetis Arab dari huruf “alif” hingga “ya”. Polanya berdasarkan fi’li (kata kerja) dan lengkap dengan segala kata turunannya. Selain makna, pada bagian-bagian tertentu, penyusun juga menampilkan contoh bagaimana pemakaian kata itu di dalam Bahasa Arab, khususnya seperti tertulis dalam kitab-kitab keagamaan (kitab kuning) atau kalimat dari ayat Al-Qur’an.

Sejak terbitnya tahun 1937, Kamus al-Marbawi setidaknya sudah dicetak 25 kali, dan telah mengalami penambahan-penambahan dan perbaikan-perbaikan dari penyusunnya. 

Sebelum kemunculan kamus-kamus Arab-Indonesia yang baru dan menggunakan huruf latin, hingga setidaknya tahun 1980-an, al-Marbawi menjadi satu-satunya kamus yang menjadi pendamping kalangan santri ketika membaca dan mempelajari kitab kuning. 

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Bahasa Melayu yang digunakan dalam kamus ini memang merupakan lingua franca yang dipakai kalangan terpelajar di nusantara dan kawasan Melayu lainnya serta relatif masih dekat dengan Bahasa Indonesia yang dipakai sekarang.

Sebagai contoh: rais Madrasah = ketua atau kepala sekolah. Contoh lain lagi: akkad al-‘ahda = memperkukuh ikatan janji. Meski pemakaiannya berkurang, bukan berarti al-Marbawi hilang sama sekali, pencetakannya yang terus-menerus dan keberadaannya di toko-toko kitab, menunjukkan bahwa kamus ini masih cukup banyak digunakan.

Syaikh Idris sebenarnya mengarang banyak buku selain Kamus al-Marbawi, di antaranya sejumlah kitab tafsir seperti Tafsir Qur’an al-Marbawi, Tafsir Surah Yasin, Tafsir Nurul Yaqin, dan Tafsir Fathul Qadir. 

Syaikh Idris wafat dalam usia 93 tahun pada hari Jum’at, 13 Oktober 1989 di Ipoh, Perak, Malaysia. Makamnya terletak di Tanah Perkuburan Islam Kampung Lubok Merbau, Kuala Kangsar, Perak. (Ensiklopedi NU)


Terkait