Pada akhir hayat, almarhum tercatat sebagai a'wan di PBNU. Jauh sebelumnya, Kiai Bagdja menjadi Ketua Umum PB PMII pada periode 1977-1981 dan menjabat sebagai Sekjen PBNU pada periode kedua kepengurusan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada 1989-1994.
Wasekjen PBNU, H Andi Najmi Fuadi menyatakan bahwa keberhasilan Kiai Bagdja menduduki posisi-posisi strategis di PMII dan PBNU bisa menjadi motivasi bagi aktivis-aktivis PMII khususnya dan pemuda NU umumnya yang bukan berasal dari keluarga tokoh.
"Memotivasi teman-teman yang berlatar bukan anak bangsawan, anak kiai. Kalau sungguh-sungguh ternyata bisa juga kaya Pak Bagdja," kata Andi di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (7/2).
Menurut Andi, keberhasilan Kiai Bagdja karena konsisten dalam berorganisasi. Kiai Bagdja disebutnya sering mendorong siapa pun untuk sungguh-sungguh dalam mengabdi untuk NU.
Sebelumnya, kesaksian tentang Kiai Bagdja yang memiliki konsistensi dalam berjuang untuk NU juga dikemukakan Ketua Umum PP ISNU, Ali Masykur Musa.
Cak Ali, demikian pria ini kerap disapa, menyatakan, Kiai Bagdja di dunia Pergerakan Kemahasiswaan merupakan mentor dan penggerak aktivis mahasiswa yang sabar dan telaten. Ia sangat terkenang akan kiprah dari sosok tokoh yang berpembawaan tenang itu.
"Beberapa kenangan penting dari saya pribadi tentang sosok Kak Ahmad Bagdja adalah konsistensi dalam pengabdian di NU. Karena itu, Kak Bagdja pernah menjadi Sekjen PBNU saat dipimpin Gus Dur," kata Cak Ali.
"Hampir seluruh hidupnya didedikasikan untuk perjuangan NU demi negara dan bangsa Indonesia, keislaman, dan kebangsaan," sambungnya.
Sebagaimana diketahui, KH Ahmad Bagdja mengembuskan nafas terakhirnya di Jakarta Medical Center sekitar pukul 01.09 WIB, Kamis (6/2). Almarhum dimakamkan di Desa Sindang Laut, Lemah Abang Cirebon, Jawa Barat.
Pewarta: Husni Sahal