Bandung, NU Online
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menjelaskan posisi NU yang selalu mengambil posisi wasathan (moderat) dengan menyandarkan pada firman Allah: wa kadzalika ja’alnakum ummatan wasahatan. Itu adalah perintah Allah kepada Nabi Muhammad yang ditiru NU.
“Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar membangun organisasi, namanya umat. Seperti apa AD/ART-nya? Wasathan,” katanya pada pembukaan Rapat Kerja Nasional Lembaga Pendidikan Ma’arif NU dan Rapat Koordinasi Satuan Kominatas (Sako) Pramuka LP Ma’arif NU di Hotel Jayakarta, Kota Bandung, Selasa (27/2).
“Litakunu syuhada alan nas, ay litakunu hadirina fil mujtama’ syhada ‘alaihim syuhudan tsaqifiyan, hadlariyan, madaniyan, insaniyan,” sambungnya.
Ia menerjemahkan, agar bisa berparan, bukan penonton, menjadi penentu, yang bisa menantang zaman, diperhitungkan dalam bidang budaya, peradaban, kemanusiaan, sosial dan seterusnya.
“Syukur-syukur berperan politik, itu penting,” lanjutnya.
Supaya menjadi ummatan wasathan, kata dia, syaratnya harus memiliki kecerdasasan.
Kecerdasan itu, sambungnya, ditunjukkan dengan mengambil jalan tengah yang harmonis antara agama dan aqal, agama dan budaya. Hal itu dilakukan Imam Syafi’i yang dalam berpikir menggunakan Al-Qur’an, hadits, akal kolektif atau ijma’ ulama, dan qiyas atau analogi.
“Itu orang cerdas. Agama dipakai, Qur’an hadits dipakai. Akal diperankan,” tegasnya.
Sebab kata dia, kalau orang hanya menggunakan akal, ia akan berpotensi manjadi orang liberal, sementara orang yang hanya menggunakan teks-teks saja akan berpotensi menjadi radikal.
Rakernas dan Rakornas bertema Outlook Indonesia 2030: Kontribusi Ma’arif NU dalam Menyiapkan Generasi Emas di 2030 itu dihadiri perwakilan pengurus LP Ma’arif NU dari tingkat pusat dan 34 wilayah.
Pada saat pembukaan, hadir Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Pendidikan Muhadjir Effendi, Ketua LP Ma’arif PBNU KH Z. Arifin Junaidi. (Abdullah Alawi)