Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa M Nabil Haroen menjelaskan berbagai cara yang dilakukan para kader, anggota, dan pengurus Pagar Nusa di semua level tingkatan dalam membangun kemandirian organisasi.
Ia menegaskan, organisasi pencak silat yang menjadi badan otonom di lingkungan NU ini dibangun dengan kemandirian, bahkan sejak didirikannya. Kemudian pada kepengurusan PP Pagar Nusa masa khidmah 2017-2022 di bawah kepemimpinan Nabil Haroen, kemandirian organisasi semakin diperkuat.
Sebagai contoh, Pimpinan Cabang (PC) PSNU Pagar Nusa Karanganyar pada 2017 memiliki anggota sebanyak 400 orang. Kini, Pagar Nusa Karanganyar telah memiliki 10 ribu anggota dan kader dengan berbagai barang inventaris seperti bus dan lima unit mobil. Inventaris itu, kata Gus Nabil, diperoleh menggunakan uang iuran organisasi dari para anggota, tidak minta ke mana-mana.
Kemandirian organisasi juga dilakukan oleh PC PSNU Pagar Nusa Sukoharjo yang baru-baru ini telah membeli tanah seluas 3000 meter persegi seharga Rp500 juta. Uang dengan nominal sebesar itu dikumpulkan oleh para anggota dan kader. Di antaranya pada saat latihan, pengesahan anggota baru, dan iuran bersama secara rutin.
“Kemarin di Lampung, ada tiga titik dalam satu hari saya melakukan peletakan batu pertama, pembangunan padepokan sekaligus sekretariat di cabang masing-masing yaitu Kabupaten Mesuji, Tulang Bawang, dan Tulang Bawang Barat,” ungkap Gus Nabil dalam siniar yang ditayangkan di kanal YouTube Swara NU Menjelang Kongres IV Pagar Nusa, dikutip NU Online, pada Sabtu (4/12/2022).
Belum lama ini, Gus Nabil juga melakukan peletakan batu pertama pendirian padepokan dan sekretariat Pagar Nusa di tiga cabang yang ada di Riau yakni Kabupaten Pelalawan, Bengkalis, dan Kampar.
“Ini semuanya, mandiri. Tidak minta ke mana-mana. Bersumber dari keuangan mereka sendiri. Tapi kalau ada pihak-pihak yang membantu, kami tidak menolak. Kita tidak pernah meminta,” tegas Anggota Komisi IX DPR RI ini.
Baca Juga
Pagar Nusa, Bentengi Kiai Jaga NKRI
Strategi Khidmah Pagar Nusa
Gus Nabil kemudian menjelaskan tentang strategi khidmah yang ada di Pagar Nusa. Ia mengatakan bahwa saat seseorang menyatakan diri bergabung maka sejatinya telah siap mengabdi untuk Pagar Nusa dan NU.
Ketika mengabdi, seorang kader harus mampu memiliki keyakinan untuk memberikan tenaga, pikiran, harta, dan bahkan nyawa demi organisasi. Gus Nabil menegaskan, urusan khidmah tidak boleh bicara untung-rugi.
Ia mencontohkan, Pagar Nusa tidak akan ada artinya jika ketua umum tidak dibantu oleh para pengurus yang lain, mulai dari wakil ketua umum, sekretaris umum, ketua-ketua, wakil sekretaris, hingga bendahara organisasi. Semua unsur itu harus kompak dan solid.
“Pimpinan pusat ini pun belum cukup. Harus didukung oleh pimpinan wilayah, cabang, sampai ranting yang betul-betul mau bergerak bersama, gotong-royong, dan punya semangat pengabdian yang sama,” tandasnya.
Dengan demikian, Gus Nabil menekankan bahwa kalau ada capaian Pagar Nusa yang saat ini mendapatkan apresiasi dari banyak pihak, maka hal itu merupakan keberhasilan bersama. Kemandirian organisasi itulah yang menunjukkan bahwa Pagar Nusa milik bersama bagi para kader, anggota, dan pengurus.
“Contoh, dalam penyelenggaraan kejuaraan nasional atau acara-acara di Pagar Nusa, itu pimpinan pusat biasa bantingan atau urunan. Mulai ada yang Rp1 juta, Rp50 ribu, Rp100 ribu, ada yang Rp50 juta. Terbuka saja. Kita sudah sangat biasa bantingan, dan tidak menilai angka,” tuturnya.
“Jadi, kalau soal khidmah kita nggak pantas bicara untung-rugi. Karena justru kita ini yang dibesarkan oleh Pagar Nusa dan NU,” pungkas Gus Nabil.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Musthofa Asrori