Nabil Haroen: Pencak Silat dan Ngaji Kitab Jadi Pilar Penting Fiqih Peradaban NU
Ahad, 17 Desember 2023 | 15:00 WIB
Ketum PP Pagar Nusa M Nabil Haroen dalam Halaqah Fiqih Peradaban II di Pondok Pesantren Roudlotul Muta’abbidin, Payaman, Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, pada Sabtu (16/12/2023). (Foto: dok istimewa)
Lamongan, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pagar Nusa M Nabil Haroen (Gus Nabil) menjadi salah satu narasumber dalam Halaqah Fiqih Peradaban II yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Roudlotul Muta’abbidin, Payaman, Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, pada Sabtu (16/12/2023).
Pada kesempatan itu, ia menegaskan bahwa berlatih pencak silat dan mengaji kitab kuning merupakan satu kesatuan. Keduanya menjadi pilar penting dalam Fiqih Peradaban sebagaimana dicontohkan oleh para kiai pada masa perjuangan kemerdekaan.
“Saya juga mengajak agar ngaji dan berlatih silat ini sebagai satu kesatuan, yang tidak perlu dipisahkan. Jadi pendekar-pendekar Pagar Nusa juga saya perintahkan untuk sowan kiai dan ziarah secara rutin, mereka berlatih silat dan ngaji,” ucap Gus Nabil, sebagaimana rilis yang diterima NU Online, Ahad (17/12/2023).
“Mari para kiai di pesantren maupun di masjid dan mushala masing-masing, yang remaja bisa disiapkan forum ngaji dan silat secara rutin, jadi fondasi kebudayaan dan keilmuan pesantren akan terjaga secara bersama-sama,” imbuh Gus Nabil.
Ia juga mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun peradaban dari konteks terkecil dan wilayah yang bisa dikerjakan. Sebab melalui Halaqah Fiqih Peradaban sudah terlihat gambaran besarnya.
“Mari kita bersama-sama membangun peradaban ini, dengan konteks dan tanggungjawab masing-masing. Perlu terus didorong untuk menjadi bagian penting agar masing-masing pihak bisa bekerja serta memberi sumbangsih, misal di pondok dengan mengaji serta berlatih silat. Kita menguatkan fondasi ilmu serta identitas tradisi kita, dengan demikian semuanya bisa tersambung,” jelasnya.
Sumbangsih NU untuk Dunia
Lebih lanjut, Gus Nabil mengatakan bahwa peradaban menjadi sumbangsih NU untuk membangun tata baru dunia yang lebih harmonis. Fiqih peradaban juga menjadi kunci dan fondasi utama untuk menciptakan masyarakat yang cinta perdamaian. Sebab dengan perdamaian, akan tercipta peradaban dan tatanan sosial.
“Konsep fiqih peradaban ini sumbangsih luar biasa dari NU tidak hanya untuk Indonesia, tapi juga untuk masyarakat dunia. Kita berada pada situasi yang tidak mudah secara geopolitik maupun kompetisi ekonomi global, perang terjadi di beberapa kawasan di dunia, di Eropa dan Timur Tengah. Halaqah Fiqih Peradaban ini menjadi kontribusi nyata untuk masa depan manusia,” tegas Gus Nabil.
Dalam perbincangan fiqih peradaban, lanjutnya, penting membangun dan membahas seni dan budaya sebagai fondasi bangsa untuk membangun peradaban. Ia menegaskan bahwa Indonesia punya kebudayaan dan khazanah kesenian yang luar biasa, dan perlu terus dimunculkan serta menjadi identitas utama bangsa Indonesia.
“Kita punya kebudayaan dan ragam kesenian yang luar biasa. Kita punya pencak silat yang merupakan warisan budaya dunia yang adiluhung, pencak silat kita diakui oleh Unesco. Di NU, pencak silat menjadi identitas utama Pagar Nusa, yang menjadi platform penting untuk mengajari bela diri generasi kita,” terang Gus Nabil.
“Di Pagar Nusa, tidak hanya pencak silat secara fisik, namun juga dibekali kekuatan mental, serta tersambung sanad ngaji dengan para guru kita, para kiai pendiri NU hingga Kanjeng Nabi Muhammad,” pungkasnya.
Sebagai informasi, selain Gus Nabil, hadir pula Anggota Lembaga Bahtsul Masail PBNU Gus Kholili Kholil dan Katib Syuriyah PCNU Lamongan KH Syahrul Munir, serta pengurus NU dan kiai-kiai muda di kawasan Lamongan.
Agenda ini juga menjadi rangkaian Halaqah Fiqih Peradaban Seri II, yang diselenggarakan oleh PBNU di ratusan pesantren di Indonesia. Sebelumnya, PBNU menyelenggarakan Halaqah Fiqih Peradaban seri I, pada paruh kedua tahun 2022.
Pada tahun ini, PBNU menyelenggarakan beberapa rangkaian agenda internasional, antara lain ASEAN IIDC serta forum R20 ISORA bekerja sama dengan Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri serta beebrapa instansi terkait.