Nasib Toko Buku di Pasar Kenari: Sepi Pembeli, Mati Segan Hidup pun Tak Mau
Selasa, 30 Mei 2023 | 19:30 WIB
Salah satu kios toko buku di Pasar Kenari lantai 3, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. (Foto: NU Online/Indi)
Jakarta, NU Online
Mati segan hidup pun tak mau. Seperti itulah gambaran nasib toko buku di Pasar Kenari, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat yang diresmikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada 2019 lalu.
Pasar Buku Kenari terbilang berada di lokasi strategis. Akses menuju pasar buku tersebut bisa ditempuh menggunakan moda transportasi umum. Tidak jauh dari lokasi, berjarak sekitar 65 meter, sudah bisa dijumpai halte Bus TransJakarta Salemba UI.
Meski begitu, pengunjung tak lantas langsung menjumpai deretan toko buku ketika sampai di Pasar Kenari. Pasar tiga lantai itu diisi oleh toko-toko peralatan kelistrikan di lantai satu dan dua. Barulah di lantai tiga, pengunjung dapat menemui puluhan kios penjaja buku.
Suasana lantai tiga pasar berbeda dengan lantai satu dan dua yang ramai akan pengunjung. Di lantai tiga, suasana begitu hening. Hanya para pedagang buku dan tumpukan bukunya, sedikit sekali pengunjung yang datang.
Nyaman tapi sepi pembeli
Padahal fasilitas yang terdapat di lantai 3 terbilang lengkap dan nyaman untuk ukuran toko buku di pasar tradisional. Terdapat kantin, mushola, ruang laktasi, dan mesin ATM yang dapat memenuhi kebutuhan pengunjung. Bahkan sempat ada area bermain untuk anak-anak.
Ditambah areanya yang luas, bersih, dan sejuk, membuat pengunjung dibuat nyaman untuk ketika berkeliling di toko buku. Suasana ini berbeda 180 derajat dengan lantai satu dan dua pasar.
Sayangnya, sejumlah kenyamanan tersebut tak lantas mengundang para pengunjung untuk datang dan membeli atau bahkan sekadar melihat-lihat koleksi buku milik para penjaja.
Ditemui di kiosnya, Anisa (42) mengaku telah berjualan di Pasar Buku Kenari sejak kali pertama diresmikan pada 2019. Ia menempati lapak tersebut setelah sebelumnya berjualan buku di Terminal Pasar Senen sejak 2010.
Anisa menilai, antusiasme warga di fase-fase awal peresmian sentra buku di Kenari itu cukup tinggi. Warga masih ‘sudi’ datang ke lantai tiga.
“Dari pertama kali diresmikan 2019, waktu awal-awal dibuka sering ada pameran, promo dari penerbit-penerbit, itu alhamdulillah banyak pengunjung,” kata Anisa kepada NU Online, Selasa (30/5/2023).
Namun tak lama setelah itu, pandemi Covid-19 menyerang masyarakat Indonesia. Terdapat sejumlah penyesuaian pada kebijakan pemerintah, salah satunya instruksi untuk tetap tinggal di rumah.
Hal itu, kata Anisa, membuat adanya perubahan perilaku konsumen. Peralihan transaksi pembelian dari offline ke online tak bisa dihindarkan. Pemilik lapak-lapak buku offline kelabakan bukan kepalang.
Sayangnya, meski pandemi sudah terkendali, Anisa menilai perilaku belanja online pun masih lekat dengan konsumen hingga saat ini. Hal ini memperparah usahanya serta pedagang buku lainnya.
“Dulu pas pandemi orang nggak keluar, pada beli online. Sekarang, nyantol ke online terus. Orang mau keluar males. Harga di online juga lebih murah,” ujar perempuan yang tinggal di Tanah Kusir, Jakarta itu.
Kondisi kios-kios toko buku di Pasar Kenari lantai 3. (Foto: NU Online/Indi)
Penghasilan kian tak menentu. Tak jarang lapak buku yang ia buka sejak pukul 08.00 WIB hingga 17.00 WIB baru kedatangan pembeli lewat dari jam 12.00 WIB. Parahnya, ia bahkan pernah sama sekali tak mendapati penglaris selama seminggu. "Kita di sini kadang nggak mendapat pelarisan seminggu," tuturnya.
Besar ia berharap, ada itikad baik dari pemerintah untuk mengatasi persoalan toko buku, mengingat hal ini menyangkut nasib banyak pedagang buku.
"Semoga pemerintah mau turun gunung, lihat langsung kondisi kita bagaimana. Semoga ada bantuan juga untuk para pedagang. Ditengok deh, kita seneng kalau didatangi. Nanti ada pemberitaannya dan orang jadi tahu ada toko buku di Kenari," tutup dia.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Fathoni Ahmad