Surabaya, NU Online
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur sangat menyesalkan pernyataan Presiden RI terkait kualitas garam Madura. Dalam sebuah kesempatan, Presiden Joko Widodo mengemukakan bahwa garam Nusa Tenggara Timur (NTT) lebih bagus dari garam Madura, Jawa Timur. Pernyataan itu disampaikan Presiden RI saat meninjau lokasi tambak garam di Desa Nunkurus, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, NTT, Rabu (21/8).
"Saya ditunjukkan beberapa garam yang diambil dari luar, Madura, Surabaya, dan Australia dibandingkan di sini (Kupang). Hasilnya di sini (Kupang) lebih bagus, lebih putih, dan bisa masuk garam industri," kata Jokowi saat itu sebagaimana dikutip sejumlah media.
Lewat Badan Kemaritiman Nahdlatul Ulama (BKNU) PWNU Jawa Timur (Jatim) menyatakan tidak terima atas pernyataan Presiden RI soal garam Nusa Tenggara Timur (NTT) lebih bagus dari garam Madura.
“Kami minta agar Bapak Jokowi mengklarifikasi pernyataannya, yang menyebut garam NTT lebih bagus dari garam Madura itu. Kami mewakili masyarakat tambak garam tersinggung,” kata Ketua BKNU PWNU Jatim, Mahmud Mustain saat jumpa pers di kantor PWNU Jatim, Jalan Masjid al-Akbar Timur 9 Surabaya, Rabu (4/9).
Menurut Dosen Laboratorium Energi Laut Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya itu, apa yang disampaikan Jokowi tidak berdasarkan kenyataan yang ada. Sebab, kualitas garam Madura bagus.
"Bahkan, kualitas tiga sudah tidak kami produksi. Kami (petani garam Madura) hanya memproduksi kualitas (kategori) dua dan satu," jelasnya.
Mustain menengarai, Jokowi diberi sampel garam lokal berkualitas buruk saat ke NTT. Padahal, garam Madura memiliki kualitas yang bagus.
“Sehingga hal itu cukup membuat kami mewakili masyarakat tambak garam tidak happy. Karena garam Madura berkualitas bagus, dan itu sudah melalui uji kelayakan dan penelitian,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia meminta pemerintah bisa langsung mengecek garam ke Madura. Lebih-lebih bisa menjadikan Pulau Madura sebagai sentra garam.
“Pemerintah harusnya bisa langsung mengecek saat kunjungan ke Madura, dengan begitu akan tahu fakta riil kualitas garam yang ada. Kami harap pemerintah bisa menjadikan Madura sebagai sentra khusus garam, karena selama ini belum ada. Padahal dari zaman dulu kita kenal Madura itu adalah Pulau Garam,” katanya.
Tak hanya itu, Mustain menyarankan kepada pemerintah agar Madura diprospek sebagai Kawasan Ekonomi Kreatif (KEK). Menurutnya, tuntutan tersebut tidak mengada-ada karena melihat potensi yang ada.
“Dengan menjadikan Madura sebagai KEK garam, bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terutama petambak garam yang mayoritas adalah warga NU atau Nahdliyin,” tandasnya.
Turut mendampingi Mustain saat jumpa pers tersebut, diantaranya adalah Wakil Ketua PWNU Jatim, KH Abd A’la yang juga asli Sumenep.
Pewarta: Ibnu Nawawi
Editor: Aryudi AR