Bogor, NU Online
Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama (RMINU) KH Abdul Ghaffar Rozin mengatakan, pesantren memiliki modal sosial dan budaya, yaitu menjunjung tinggi etika. Menurut dia, hal itu tak hanya relevan untuk dunia pendidikan, tapi bisa diterjemahkan di bidang olahraga, misalnya oleh para pemain di lapangan sepak bola.
Melalui Liga Santri Nusantara, NU berusaha menanamkan akhlak pesantren dalam budaya persepakbolaan Indonesia. Lahir para pemain yang tidak hanya menjunjung kemenangan, tapi juga kejujuran dan sportivitas.
"Ini yang kita bawa ke lapangan," ungkapnya pada pembukaan final Liga Santri Nusantara musim 2019 di Stadion Mini Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (8/11). "Dalam Liga Santri Nusantara, jika ada pelanggaran etika di lapangan, kita ambil tindakan tegas, didiskualifikasi," lanjutnya
Ia berharap Liga Santri Nusantara semakin berkembang dan selalu ada di tahun-tahun mendatang sehingga pesantren tidak hanya dikenal lembaga pendidikannya tapi dunia olahraga Indonesia.
"Kalau kami boleh menyebut pemain liga santri, misalnya Rafly Mursalim, itu jebolan liga santri, kini memperkuat timnas U23 dan sebagai striker Mitra Kukar. Selain dia ada beberapa pemain yang dipanggil pelatih Indra Sjafri, tapi belum beruntung. Sudah dipanggil, tapi belum beruntung," jelasnya.
Melalui Liga santri pula, lanjutnya, magnet pesantren mulai dirasakan. Banyak orang tua yang tertarik terhadap sepak bola memasukkan anaknya ke pesantren, sehingga hal ini sesuai dengan semangat dan menggelorakan program ayo mondok yang diupayakan RMINU.
Lebih lanjut ia mengatakan, pada tahun kelima, penyelenggaraan Liga Santri mulai fokus pada kualitas pemain, bukan lagi kuantitas.
"Tahun kemarin liga santri Nusantara diikuti lebih dari seribu pesantren. Ada 1100 pesantren. Tahun ini kita ubah fokusnya, perketat seleksinya, perbaiki kualitas pertandingan dan tata kelolanya. Hanya 700 pesantren yang lolos seleksi," tegasnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan di tahun pertama dan kedua, liga santri tak punya tagline. Tahun ketiga memiliki tagline, Dari pesantren untuk NKRi. Tahun keempat berubah menjadi Dari pesantren untuk sepak bola Indonesia.
Final Liga Santri Nusantara mempertemukan kesebelasan Pondok Pesantren Nur Iman Mlangi dari Sleman Yogyakarta melawan kesebelasan Pondok Pesantren Al-Ma'mur Tangerang, Banten. Pada pertandingan itu, Nur Iman keluar sebagai juara setelah menang 1-0.
Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Syamsul Arifin