Sidoarjo, NU Online
Fenomena yang terjadi saat seorang anak kejang seperti mata mendelik, tangan-kaki kaku kelojotan serta lidah tergigit, tak ayal membuat para orang tua panik. Pasalnya, kejang pada anak merupakan hal yang menakutkan bagi orang-tua. Sebagai langkah awal dalam menangani kejang, orang tua harus tetap tenang.
"Maka hal selanjutnya yang harus dilakukan orang tau adalah mencari penyebab anak tersebut seperti meletakkan anak di tempat yang aman, jauhkan dari benda-benda berbahaya seperti listrik dan pecah-belah, baringkan anak dalam posisi miring agar makanan, minuman, muntahan, atau benda lain yang ada dalam mulut akan keluar sehingga anak terhindar dari bahaya tersedak," kata dokter umum Rumah Sakit Islam (RSI) Siti Hajar Sidoarjo, dr. Vanisia Hayu Firdayanti kepada NU Online, Rabu (12/10).
Vani mengungkapkan, jangan memasukkan benda apa pun ke dalam mulut anak seperti memasukkan sendok, kayu, jari orang tua, atau benda lainnya ke dalam mulut, atau memberi minum anak yang sedang kejang. Karena hal itu akan berisiko serta bisa menyebabkan sumbatan jalan napas apabila luka.
"Jangan berusaha menahan gerakan anak atau menghentikan kejang dengan paksa, karena dapat menyebabkan patah tulang. Amati apa yang terjadi saat anak kejang, karena ini dapat menjadi informasi berharga bagi dokter. Tunggu sampai kejang berhenti, kemudian bawa anak ke unit gawat darurat terdekat," ungkap Vani.
Pada umumnya, anak yang sedang mengalami kejang akan menunjukkan gejala seperti hilangnya kesadaran dan berkeringat, tangan dan kaki kaku, keluar busa atau cairan dari mulut, kedua matanya seperti melirik ke atas. Setelah kejang reda, anak akan mengantuk dan tertidur.
Vani menjelaskan, penyebab kejang tersering pada anak di antaranya kejang demam, infeksi susunan syaraf pusat, trauma kepala, keracunan (akohol, teofilin), penghentian obat anti epilepsy dal lain sebagainya.
Apabila anak sudah pernah kejang demam sebelumnya, dokter mungkin akan membekali orang tua dengan obat kejang yang dapat diberikan melalui dubur. Setelah melakukan langkah-langkah pertolongan pertama, obat tersebut dapat diberikan sesuai instruksi dokter.
Untuk mendiagnosis penyebab kejang, sambung Vani, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan di antaranya pemeriksaan darah, urine, atau pemeriksaan cairan tulang belakang untuk mengetahui apakah terjadi infeksi sistem saraf pusat seperti meningtis. Selain pemeriksaan tersebut, dokter bisa saja menyarankan electroencephalogram (EEG) atau rekam otak (sesuai indikasi) untuk mengetahui lebih lanjut tentang kejang yang dialami oleh anak.
"Pada saat di IGD dan kejang pada anak sedang berlangsung, dokter akan segera memberikan obat anti kejang yang dimasukkan lewat dubur dan oksigenasi untuk memperbaiki aliran oksigen ke otak. Setelah itu terapi dikhususkan terhadap penyebab kejang. Jika epilepsy merupakan dasar penyebab anak kejang, maka dokter akan memberikan obat anti epilepsy yang harus diminum selama minimal 1 tahun pasien bebas kejang, bukan 1 tahun setelah pasien pertama kejang," ujar dokter yang bertugas di Rumah Sakit NU ini.
Perlu diketahui bahwa, kejang sendiri didefinisikan sebagai kondisi di mana otot tubuh berkontraksi dan relaksasi secara cepat dan berulang, oleh karena abnormalitas sementara dari aktivitas elektrik di otak, disebabkan karena proses intracranial, ekstracranial dan metabolic.
Tipe kejang yang paling umum ditemukan biasanya berupa kejang tonik-klonik, di mana tubuh menjadi kaku diikuti dengan gerakan kelojotan. Selama periode ini, lidah dapat tergigit sehingga menyebabkan perdarahan di mulut, atau dapat pula berupa gerakan-gerakan abnormal salah satu sisi tubuh, mata terlihat menatap dengan pandangan kosong, gerakan-gerakan mengunyah. (Moh Kholidun/Fathoni)