Pagar Nusa Kukuhkan Dewan Pembina Pusdiklat untuk Cetak Pelatih Bersanad di Setiap Cabang
Jumat, 2 Februari 2024 | 10:00 WIB
Peringatan Harlah Ke-101 NU dan Harlah Ke-38 Pagar Nusa di Kalimantan Timur. (Foto: dok. Pagar Nusa)
Balikpapan, NU Online
Pimpinan Pusat (PP) Pagar Nusa mengukuhkan Ustadz Syukri Wahid menjadi Dewan Pembina Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) 1 Pagar Nusa yang membawahi Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi, sampai Papua. Salah satu tugas pokok Pusdiklat 1 yakni membentuk dan mencetak pelatih bersanad yang handal dari setiap cabang.
Pengukuhan Dewan Pembina Pusdiklat 1 Pagar Nusa dilakukan dalam Peringatan Hari Lahir (Harlah) Ke-101 Nahdlatul Ulama (NU) dan Harlah Ke-38 Pagar Nusa, di Pusdiklat 1 Pagar Nusa, Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (30/1/2024) malam.
Dalam kesempatan itu, Ustadz Syukri Wahid materi Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara. Ia menjelaskan, tidak akan bisa memisahkan NU dengan Indonesia. Sebab hal itu ibarat melepaskan manis dari gula dan memisahkan panas dari matahari.
Baca Juga
Gus Maksum, Sang Pendekar Pagar Nusa
“Memisahkan NU dengan Indonesia, tidak mungkin. Seperti memisahkan manis dari gula. Memisahkan panas dari matahari. Kita harus bersyukur pada para pendiri NU dan para Ulama di Nusantara, yang selalu menjaga persatuan dan kebersamaan masyarakat Indonesia,” jelasnya, sebagaimana rilis yang diterima NU Online, Kamis (1/2/2024).
Ia juga mengingatkan para pendekar Pagar Nusa agar selalu bersyukur atas mata rantai panjang sejarah Indonesia. Saat ini ancaman disintegrasi selalu ada dari gerakan-gerakan yang ingin memecah belah Indonesia.
“Ancaman disintegrasi bukan hanya dalam bentuk tindakan, tapi perlu diwaspadai pula disintegrasi dari pikiran-pikiran yang memecah bangsa. Kita harus terus berupaya memegang nilai-nilai ketahanan negara. Memegang teguh kebhinekaan, UUD. Ini harus kita jaga agar menjadi tenun yang tidak bisa dirobek lagi,” pintanya.
Lebih lanjut, Ustadz Syukri mengaku haru dan bangga karena telah diterima dan dipercaya menjadi Dewan Pembina Pusdiklat 1 Pagar Nusa.
“Ini sebuah kebahagiaan. Saya sangat bahagia, terhormat dan tersanjung. Bisa diterima di keluarga Pagar Nusa. Terima kasih telah menerima untuk menjadi bagian santri Pagar Nusa,” ujarnya.
Wakil Ketua Umum PP Pagar Nusa Kiai Muchtaruddin mengingatkan agar para santri dan warga Nahdliyin jangan pernah lepas dengan kiai-kiai Ahlussunnah Waljamaah A-Nahdliyah. Kiai Muchtar meminta agar momentum peringatan Harlah dijadikan kontemplasi mendalam.
“Refleksi kita bagaimana harus mempertahankan, mengamalkan ajaran dari ulama-ulama terdahulu dan tetap berkhidmat pada Kiai. Ini refleksi tentang Harlah NU. Refleksi Harlah Pagar Nusa, bagaimana kita tetap bersatu, bersama. Kelompok-kelompok yang terdikotomi perlu kita satukan. Tidak bisa kita sendiri-sendiri,” pesan Kiai Muchtar.
Ia mengisahkan tentang riwayat Komite Hijaz sebagai embrio pembentukan NU yang lekat dengan sejarah panjang bangsa ini. Ia menjelaskan, Komite Hijzaz telah menunjukkan taji diplomasi dan kepiawaian lobinya di tingkat internasional, jauh sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia berkumandang.
Kiai Muchtar pun mengingatkan agar bangsa Indonesia bisa terus menjaga persatuan dan perdamaian yang fondasinya telah dibangun para ulama terdahulu. Munculnya gerakan dan pemikiran yang ingin memecah Indonesia pun harus selalu dibendung.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Wilayah Pagar Nusa Nusa Kaltim Agus Sofian Noor meminta para santri di Balikpapan dan di Kalimantan Timur secara umum, agar menguatkan sinergi untuk membentuk pelatih yang bersanad. Sebagaimana ilmu-ilmu lain yang sanadnya harus jalan.
“Kenapa para pelatih harus bersanad? Hal ini untuk menjaga kemurnian ilmu dan menghormati para Ulama pendiri-pendiri Pagar Nusa, yang dulu tidak mudah menyatukan para santri dan perguruan pencak silat se-Indonesia,” pesannya.
Dengan didapuknya Ustadz Syukri Wahid sebagai Dewan Pembina Pusdiklat 1 Pagar Nusa, diharapkan ke depan Pagar Nusa Kaltim bisa mencetak atlet berprestasi di tingkat provinsi dan tingkat nasional.
Agus juga berpesan agar para santri tetap selalu menjaga para kiai dan ulama, serta melestarikan budaya pencak silat, menciptakan prestasi anak-anak negeri dan melakukan amaliah-amaliah NU. Budaya pelatih juga diharapkan bisa dikembangkan menjadi budaya amaliah santri.
Ia juga berharap para sesepuh bisa menjaga, memberi semangat dan mengayomi para santri. Sementara kepada santri, ia berpesan agar bisa terus berkhidmah kepada ulama.
Hadir pula dalam acara tersebut Majelis Pendekar Pagar Nusa Balikpapan, santri pesantren Syaichona Cholil Balikpapan, delegasi Pagar Nusa PPU, para santri Balikpapan, dan tamu undangan lain.
Kontributor: Rudi Agung