Pakar Qira’ah Sab’ah: Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahid Hasyim adalah Ulama Ahli Qur'an
Jumat, 28 Juni 2024 | 18:00 WIB
Rais Majelis Ilmi Jam'iyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) KH Ahsin Sakho Muhammad pada Multaqa Nasional Ulama Al-Qur'an di Madrasatul Qur'an, Jombang, Jawa Timur, Rabu (27/6/2024) (Foto: Afrilia Tristara/NU Online)
Jombang, NU Online
Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari dan KH Abdul Wahid Hasyim merupakan sosok penting dalam persebaran pembacaan Al-Qur'an di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Rais Majelis Ilmi Jam'iyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU) KH Ahsin Sakho Muhammad pada Multaqa Nasional Ulama Al-Qur'an di Madrasatul Qur'an, Jombang, Jawa Timur, Rabu (27/6/2024).
Pakar qira’ah sab’ah itu menegaskan bahwa persebaran bacaan Al-Qur'an di Indonesia tidak bisa lepas dari para penghafal Al-Qur'an di masa silam. Dua di antaranya adalah KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahid Hasyim.
Kiai Ahsin menyebut bahwa nama Kiai Hasyim tercatat sebagai penghafal Al-Qur'an abad 14 Hijriah dalam kitab al-Inayah bi al-Qur'an al-Karim fi Makkah al-Mukarramah Khilal al-Qarn al-Rabi' 'Asyr li al-Hijrah an-Nabawi karya Ahmad bin Muhammad al-Maghribi.
Mbah Hasyim juga terkesan dengan bacaan Al-Qur'an KH Yusuf Masyhar. Hal tersebut membuatnya meminang santrinya itu untuk cucunya. Cucu menantunya ini mengembangkan Madrasatul Qur'an hingga mencetak para penghafal Al-Qur'an dan melahirkan pesantren-pesantren tahfiz di Indonesia.
"Saya bisa mengatakan Mbah Hasyim Asy'ari itu bapak kequr'anan Indonesia," ujar kiai pakar asal Cirebon itu.
Hanya saja, keahlian dan hafalan Al-Qur'an Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari tidak lebih masyhur dibanding kompetensinya dalam ilmu hadits. Menurutnya, hal tersebut mengingat inisiasi Kiai Hasyim dalam mengajarkan kitab hadits.
"Beliau berani membaca Sahih Bukhari Muslim," ujarnya.
Sementara itu, Kiai Wahid Hasyim juga merupakan sosok penghafal Al-Qur'an. Bahkan, ayah Gus Dur ini merupakan inisiator pendirian organisasi Jam'iyyatul Qurra wal Huffazh.
Hal tersebut, menurut Kiai Ahsin, merupakan wujud keberkahan Al-Qur'an yang universal sebagaimana terekam dalam lafalnya yang selalu nakirah untuk menyifati lafal Qur'an yang disebut di dalam ayat-ayat Al-Qur'an.
"Semua mubarokun-mubarokun di dalam Al-Qur'an itu semuanya menggunakan isim nakirah," jelas kiai yang menamatkan studi pendidikan tingginya di Madinah, Arab Saudi itu.