Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj, menyayangkan sikap pemerintah yang terkesan bermain sendiri dalam penanganan pandemi Covid-19. Akibatnya, penanganan Covid-19 belum pada titik berhasil sampai saat ini.
Soal langkah pemerintah bermain sendiri itu, menurut Kiai Said, di awal pandemi PBNU sempat tidak pernah diajak oleh pemerintah dalam upaya menangani Covid-19.
"Selama ini saya rasakan pemerintah dalam menghadapi pandemi ini main sendiri. Jadi pada awal-awal setahun kemarin kami (NU) sama sekali kita tidak pernah diajak bersama-sama mengatasi pandemi ini," ujar Kiai Said pada acara Harlah ke-23 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jumat (23/07/2021).
Ia menyebutkan, sejak awal pandemi sikap pemerintah sangat tidak kooperatif dengan tokoh-tokoh publik maupun agama. Akibatnya, hingga kini pemerintah masih gagal dalam mengatasi wabah virus corona yang sudah berlangsung hampir dua tahun ini.
"Bahwa benar selama ini pemerintah masih gagal dalam menghadapi pandemi Covid-19," tutur Kiai yang karib dengan sapaan Kang Said itu.
Kendati demikian, selama masa pandemi, dia mengaku sudah berupaya untuk menyadarkan warga Nahdliyin termasuk kiai terkait fakta serta bahaya Covid-19. Meskipun masih ada beberapa dari mereka yang sampai saat ini belum menyadari bahaya tersebut.
"Kepada para kiai, mari bersama-sama memberikan penyadaran soal Covid-19 dan pentingnya vaksinasi. Karena jika tidak akan berdampak buruk dan berakibat parah bagi masyarakat," ungkap Pengasuh Pesantren Luhur Al Tsaqafah Ciganjur, Jakarta Selatan itu.
Lebih lanjut, dengan mengutip ayat terakhir surat Al-Asr, ia mengingatkan kepada masyarakat untuk terus bersabar sebagai komitmen keimanan seseorang, guna tercapainya Halawatul Iman (manisnya iman).
"Modal yang paling utama, prinsip yang paling utama adalah sabar," terang Profesor Bidang Ilmu Tasawuf dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur ini.
Ia menegaskan, bahwa kesabaran bukan menunjukan kekalahan seseorang dalam berjuang. Lebih dari itu sabar merupakan martabatul istiqamah (martabat keistiqamahan) yang akrab dengan kehidupan para Nabi, Auliya, dan Ulama dalam menghadapi beraneka macam musibah.
"Para nabi, wali, Ulama, kiai, dan pejuang, semua modalnya cuma sabar. Sabar bukan berarti kalah dan lemah. Sabar adalah kekuatan, keteguhan, ketegaran dan merupakan prinsip terus maju, itu baru sabar namanya," tegas alumni Universitas Umm Al-Quro, Makkah, Arab Saudi itu.
Perlu diketahui berdasarkan data yang dihimpun Satuan Tugas Penanganan Covid-19, hingga Jumat (23/07/2021) dilaporkan penambahan 49.071 kasus positif Covid-19 pada Jumat (23/7). Kasus sembuh tercatat sebanyak 38.988 orang, sedangkan kasus meninggal 1.566 orang.
Dengan demikian secara kumulatif, kasus positif mencapai 3.082.410 orang, kasus sembuh 2.431.911 orang, dan kasus meninggal 80.598 orang.
Kontributor: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan