“(Ayat itu mengatakan) mauidhah hasanah (dakwah) bukan mauidhah sayyiah. Jadi, ceramah yang bagus di mana pun dan kapan pun tidak boleh menjelekkan. Dakwah itu mengajak, bukan mengejek,” kata salah seorang pengurus LD PBNU Ustadz Bukhori Muslim di Jakarta, Kamis (22/8).
Menurut Ustadz Bukhori, Islam mengatur segala sendi kehidupan, termasuk larangan mencaci maki atau menjelekkan sesembahan penganut agama lain. Karena begitu pentingnya hal itu, Allah SWT pun mengaturnya sebagaimana yang tertera pada Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 108.
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.”
“Itu ayatnya mutlak, tidak pandang bulu, di mana pun dan kapan pun, ada atau gak ada orang kafir, ruang tertutup atau tidak, gak boleh mencaci-maki sesembahan agama lain. Wong itu jelas larangan, kok. Larangan tuh baik menjawab atau tidak menjawab, menjelaskan atau tidak menjelaskan, itu gak boleh,” terangnya.
Kepada masyarakat, ia mengajak agar selalu mengikuti para kiai yang wara’ (sangat menjaga kehormatan dirinya). Kiai-kiai tersebut sangat pantas menjadi panutan.
“Warga masyarakat gak perlu membagi, men-share berita yang gaka ada urusannya. Kemudian kalau ada berita, juga harus dicek dulu, benar atau gak. Khawatir itu ditambah-tambahin,” pungkasnya.
Pewarta: Husni Sahal
Edtor: Abdullah Alawi