Jakarta, NU Online
Pelantikan pengurus Nahdlatul Ulama serta badan otonom, lajnah, dan lembaga, selalu diawali dengan menyanyikan lagu wajib Indonesia Raya. Kemudian pernyataan kesetiaan untuk mempertahankan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
<>Hal itu ditegaskan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj pada pidato setelah melantik Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurrra wal-Huffaz Nahdlatul Ulama masa khidmat 2012-2017 dilantik di gedung PBNU, Jakarta, Senin (13/8).
Menurut lulusan Pesantren Kempek, Lirboyo, dan Krapyak ini, hal itu dikarenakan NU berpandangan kepada dua ukhwah, yaitu wathoniyah dan islamiyah. Ukhwah wathoniyah adalah mencintai negara Indonesia, ukhwah islamiyah mencintai Islam.
“Dengan kedua ukhwah ini, bagi warga NU, mencintai Indonesia adalah perintah agama, dan mencintai agama adalah perintah negara,” ujar bapak dari empat anak ini.
Kalau itu dipisah, sambung kiai kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 1953 ini, akan lain. Jika ukhwah watoniyah saja, orang bisa sekuler dan liberal. Sementara jika ukhwah islamiyah saja, orang bisa radikal dan fundamentalis.
“Kedua-duanya akan dihindari warga NU,” tegasnya.
Pada pelantikan Pimpinan Pusat Jam’iyyatul Qurrra wal-Huffaz Nahdlatul Ulama tersebut, yang pertama adalah menyanyikan Indonesia Raya bersama hadirin. Kemudian membacakan ayat Al-Quran dan hadits Nabi tentang amanah. Disusul pembacaan dua kalimah syahadat.
Selanjutnya, organisasi para pembaca dan penghafal Al-Quran tersebut menyatakan akan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, menegakkan aqidah Islam Ahlussunah wal-Jama’ah, dan patuh kepada Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama, serta Peraturan Rumah Tangga Jam’iyyatul Qurrra wal-Huffaz.
Redaktur : Hamzah Sahal
Penulis : Abdullah Alawi