Nasional

Pemahaman Agama Kontekstual Perlu Digencarkan

Sabtu, 15 Desember 2012 | 01:36 WIB

Banyumas, NU Online
Menyoroti berkembangnya isu dan aksi terorisme di tanah air, umat Islam diimbau untuk semakin gencar melakukan pemahaman secara kontekstual di jalam globalisasi ini. Ketaatan umat kepada ulama sebagai pewaris ajaran Nabi mutlak diperlukan.
<>
Demikian dikatakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Dr KH Said Aqil Siroj di Banyumas, belum lama ini. Ia mengajak kepada umat Islam untuk senantiasa meningkatkan ilmu pengetahuan. Melalui peningkatan ilmu pengetahuan, umat Islam akan semakin bersikap lebih kontekstual menghadapi jaman globalisasi.

"Sapa wonge sing ora manut ulama, maka bakal kesasar (siapa yang tak taat pada ulama maka akan tersesat)," begitu tegasnya.

Kepada umat muslim, khususnya warga NU untuk semakin mendalami agama dan ilmu pengetahuan. Untuk itulah selain terjun dalam politik, ekonomi dan berbagai sektor publik, umat Islam juga harus dapat mempelajari ilmu agama secara mendalam. Hal ini penting agar pemahaman umat beragama tidak tekstual dan skripturalis. Pemahaman agama yang kontekstual ini penting agar Islam menjadi rahmat bagi seluruh alamdapat terwujud.

"Tidak hanya Al-Quran dan hadits saja yang harus dipelajari namun taat dan belajar ilmu dari ulama itu sangat penting. Karena dari ulama sebagian besar ilmu ini didapatkan," tegasnya.

Tak Mesti Soal Agama
Budayawan Banyumas, Ahmad Tohari mengatakan aksi terorisme ini bukan semata faktor agama. Tetapi katanya, terorisme terkait dengan faktor sosial bahkan ekonomi. Meski demikian agama merupakan alasan termudah untuk menjadi pembenar aksi terorisme tersebut.

"Makanya untuk mencegah terorisme, sejahterakan dan makmurkanlah rakyat. Jika ditelisik secara mendalam, latar belakang terorisme adalah motif ekonomi. Mereka (para teroris) yang masih sangat belia bahkan bukan berasal dari kalangan dunia pesantren," jelasnya kemarin.

Ketika di sejumlah daerah muncul konflik yang disebut-sebut berlatar agama, sebenarnya perlu ditelisik ulang. Karena kebanyakan dari konflik-konflik tersebut lebih mengarah pada konflik sosial bahkan ekonomi. Ketidakadilan ekonomi dan sosial inilah yang menjadi sebab munculnya terorisme.

"Jadi tak perlu menggunakan pisau analisis Marxisme untuk melihat fenomena terorisme ini. Ketidak adilan ekonomi inilah yang menyebabkan munculnya aksi-aksi separatisme atau pendirian khilafah dan sebagainya. Bahkan miris, ketika kita melihat anggaran untuk pemberantasan korupsi hingga 30 prosen," kata pengarang novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk itu.


Kontributor: Susanto


Terkait