Pemerintah Didorong Segera Siapkan Pusat Karantina Covid-19
Kamis, 19 Maret 2020 | 13:06 WIB
Melihat kasus Covid-19 yang semakin meningkat, Ketua PBNU Bidang Kesehatan dr Syahrizal Syarif menegaskan, pemerintah harus memikirkan ada dua tempat atau lokasi penting untuk segera disiapkan.
“Rumah sakit tapi rumah sakit ini bukan untuk merawat semua orang dengan kasus terkonfirmasi Covid-19. Kita tahu bahwa dari 100 kasus terkonfirmasi, hanya 16 orang yang membutuhkan penanganan serius,” ujar Syahrizal Syarif, Kamis (19/3) di Jakarta.
Jadi, menurut dokter Ahli Epidemiologi ini, rumah sakit-rumah sakit sebaiknya menyiapkan pelayanan-pelayanan dengan kasus serius Covid-19. Sudah saatnya sekarang ini pemerintah pusat dan pemerintah daerah menyiapkan pusat karantina.
“Pusat karantina ini bisa dibangun dari GOR, stadion, atau bapelkes-bapelkes, atau hotel-hotel pemerintah yang kosong, itu diubah menjadi pusat karantina,” jelas pria yang juga Wakil Rektor Unusia Jakarta.
Syahrizal menerangkan, yang berada di pusat karantina ialah kebutuhan untuk merawat orang yang sakit serius dari kasus positif Covid-19 sekaligus kasus positif Covid-19 yang tidak serius atau ringan dan sedang.
“Perbandingannya ialah 1:8. Jadi kalau pemerintah menyiapkan 100 bet atau tempat tidur untuk orang yang sakit serius, maka harus disiapkan pula 800 bet untuk orang yang sakit ringan dan sedang dalam kasus Covid-19,” ucapnya.
Jadi, lanjut Syahrizal, pemerintah jangan menempatkan orang-orang dengan kasus terkonfirmasi Covid-19 ringan di rumah sakit-rumah sakit yang bisa menangani kasus-kasus serius Covid-19.
“Karena kita bisa dihadapkan pada kondisi chaos dalam hal penanganan kasus terkonfirmasi Covid-19,” tuturnya.
Pemerintah kembali mengumumkan tambahan pasien positif virus corona Covid-19 pada hari Kamis (19/3). Jumlah kasus baru yang dilaporkan naik 82 orang, sehingga total 309 orang terinfeksi virus ini.
Pemerintah merinci, kasus paling besar terjadi di DKI Jakarta yakni 210 orang. Berikutnya adalah Banten (27), Jawa Barat (26), Jawa Tengah (12), Jawa Timur (9), Yogyakarta (5), Kalimantan Timur (3), Sulawesi Tenggara (3), Kepulauan riau (3), Sulawesi Selatan (2), Riau (2), Sumatera Utara (2), Kalimantan barat (2), Sulawesi utara (1), dan Lampung (1), dan Bali (1).
Dari total 309 pasein, ada 25 dinyatakan meninggal dunia dan sembuh sebanyak 15 orang. Pasien yang meninggal terbanyak berada di Ibu Kota yakni 17 orang. Yurianto mengatakan rentang usia pasien meninggal berada di usia 45 hingga 65 tahun.
Pewarta: Fathoni Ahmad