Nasional

Penggunaan Gawai Penting Disertai Pemahaman Literasi Digital

Senin, 18 Juli 2022 | 18:30 WIB

Penggunaan Gawai Penting Disertai Pemahaman Literasi Digital

Seminar Literasi Digital dengan tema Mengalami Satu Abad NU Menata Peradaban Digital di Aula Gedung Dakwah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, Bandung, Jawa Barat, Senin (18/7/2022). (Foto: dok. NU Online Jabar)

Jakarta, NU Online

Literasi media digital merupakan upaya strategis untuk meningkatkan kemampuan baik personal juga komunal terhadap pemanfaatan teknologi. 


Demikian disampaikan Akademisi dan Graphic Designer, Achyar Riyadh, saat mengisi seminar Literasi Digital dengan tema Mengalami Satu Abad NU Menata Peradaban Digital di Aula Gedung Dakwah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, Bandung, Jawa Barat, Senin (18/7/2022). 


“Ketika berbicara literasi digital ada banyak opini. Literasi digital merupakan pemanfaatan teknologi baik secara personal maupun komunal,” ujar Achyar.


Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Kang Pocoy ini mengatakan, pemahaman literasi digital penting terus disampaikan kepada masyarakat menyusul masifnya penggunaan gawai (gadget) oleh semua kalangan usia.


“Usia produktif menggunakan gadget bisa sampai 12 jam, di kota-kota besar. Dulu hanya 2-4 jam dan fungsinya hanya untuk mengisi waktu. Sekarang, berbalik untuk kebutuhan yang besar,” papar Kang Pocoy.


Ia mengatakan, memahami teknologi digital dengan segala pernak perniknya bukan saja diartikan secara teknis tentang bagaimana teknologi tersebut dimanfaatkan. Lebih dari itu, ia juga harus dipahami secara kultural, tentang bagaimana membuat kebudayaan interaksi yang baik di dalamnya.


“Percakapan digital ketika kita bijak dan cerdas menggunakannya. Seperti waktu penggunaan, manajemen aktivitas setiap hari, bersosialisasi baik luring maupun dengan media digital,” ungkapnya.


Menurut Kang Pocoy, masifnya kalangan muda mengakses, mengonsumsi, dan memproduksi konten digital melalui gadget menjadi fokus utama dalam upaya mencapai tujuan literasi digital. Untuk itu, ia menyanjung NU yang telah bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyelenggarakan Program Literasi Digital.


“Goals literasi digital adalah menjadikan talenta unggul di Indonesia. Ini adalah bentuk komitmen dan keseriusan NU untuk bermain peran sebagai decision maker,” katanya. 


Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PWNU Jawa Barat, Muhyiddin, mengatakan bahwa santri sejatinya merupakan kelompok paling potensial dalam menciptakan budaya digital positif. Baginya, kehadiran santri di jagad maya diharapkan bisa mengawal pembentukan budaya digital yang baik.


“Santri kalau soal adab itu beres, lah. Senakal-nakalnya santri itu tidak sampai memaki kyai atau pemimpin,” kata Muhyiddin.


Ia juga menambahkan, Gubernur Provinsi Jawa Barat, Ridwan Kamil, bahkan beberapa kali berpesan agar Jawa Barat bisa menghadirkan sosok teladan seperti KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. 


“Gubernur Jabar, berpesan ciptakan Gus Baha- Gus Baha Jawa Barat,” ujarnya.


Kegiatan tersebut terlaksana atas kerja sama PBNU dan Kominfo melalui Lakpesdam PBNU dan diselenggarakan oleh Lakpesdam PWNU Jabar. 


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa

Editor: Fathoni Ahmad