Jakarta, NU Online
Mengerasnya hati tidak hanya terkait dengan indoktrinasi ideologi, tetapi juga pola pikir dalam setiap belajar dan menerima informasi. Dalam sudut pandang tasawuf, menurut KH M. Luqman Hakim, hati menjadi keras (radikal) menunjukkan bahwa dzikirnya selama tidak menyentuh hingga ke dalam lubuk hati.
Direktur Sufi Center itu mengutip ayat sebagai berikut:
فَوَيْلٌ لِّلْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُم مِّن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ أُولَٰئِكَ فِي
ضَلَالٍ مُّبِينٍ
Menurutnya, ayat di atas mengingatkan bahwa orang yang hatinya keras (radikal) memang tidak pernah dzikir sampai di hatinya.
“Nah, mereka menyangka dalam kebenaran padahal dalam bahaya dan kesesatan,” jelas Kiai Luqman, Senin (1/7) lewat twitternya.
Menurut penulis buku Filosofi Dzikir ini, sudah saatnya seseorang menjadi manusia bermiliar dzikir. Bahkan di hadapan manusia ada biliunan dzikrullah yang menunggu detak jantung jiwa manusia, hasrat rindu ruh manusia, dan hamparan rahasia ma’rifat sirr manusia.
Kiai Luqman memaparkan, ahli dzikirullah juga diberi kemampuan kontemplatif untuk melipatgandakan jumlah dzikrullah itu, dalam jumlah yang tiada hingga.
“Semisal dengan jumlah seluruh makhluk Allah di alam semesta, atau seluruh makhluk dalam genggaman dan pandangan Allah Ta’ala, Subhanallah,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor, Jawa Barat ini.
Dalam satu detik, sambung Kiai Luqman, manusia bisa memasuki seluruh jumlah makhluk Allah dalam hitungan dzikirnya. “Dahsyat bukan? ‘Maka bertanyalah kepada ahli dzikir jika kalian tidak berilmu’, demikian Firman-Nya. Kaum Sufi adalah The Million DzikrMan, The Billion DzikrMan. Bahkan The All UniversDzikrMan,” jelasnya.
Dzikrullah, lanjutnya, lembah para Kekasih Allah terhampar. Seluruh maqomat sufi, bahkan seluruh kondisi ruhani para Sufi, diselubungi Dzikrullah, saling berkelindan, menyulam, menumbuhkan cabang-cabang dari pohon Ma’rifat yang ditanam dibumi Yaqin, di mana biji-biji Iman tumbuh, buahnya adab-akhlak.
“Tanjakan ruhani tanpa Ruh Dzikrullah, hanyalah perjalanan sia-sia menuju Allah, karena ia akan gagal. Hebatnya kontemplasi filosofis dan ilmu manusia tentang Allah tanpa amaliyah Dzikrullah, tak lebih dari gedung menjulang, sedetik lagi roboh, karena tak ada fondasi dan cahaya,”tandas Kiai Luqman.
Untuk mengekang kerasanya hati yang dapat mempengaruhi pola pikir dan pemahaman dalam beragama, Kiai Luqman menukil akhlak Rasulullah yang dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Ali ‘imran ayat 159:
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras d berhati kasar, tentulah mereka menjauh dari sisimu. Maka maafkanlah mereka d mohonkan ampunan tuk mereka, d bermusyarahlah dg mereka dalam urusan itu.” (Fathoni)