Jakarta, NU Online
Sebagian masyarakat Indonesia masih berpola pikir dalam mendidik anak hanya dilakukan dengan satu arah saja. Pola piker demikian juga masih diterapkan oleh guru maupun orang tua di tengah pandemi ketika anak-anak harus belajar daring.
Praktisi Pendidikan Keluarga Najeela Shihab mengungkapkan paradigma pembelajaran bukan hanya soal daring atau luring, tetapi soal kemampuan anak untuk belajar mandiri, mengatur, dan terlibat aktif dalam proses belajarnya.
“Orang tua harus membedakan tujuan belajar anak, memberikan aktivitas pembelajaran yang lebih sinkron, interaktif, serta butuh dijelaskan bagian-bagian mana yang bisa dikerjakan sendiri oleh si anak saat mendapat tugas mandiri,” ujarnya pada Selasa (27/7).
Lebih lanjut, ia menerangkan saat mendapatkan banyak materi pembelajaran, orang tua harus teliti terlebih dahulu agar dapat mengatur strategi belajar anak. “Orang tua harus melihat terlebih dahulu materinya, tujuan pembelajarannya, serta membedakan strategi belajar, learning, yang paling tepat prosesnya seperti apa dan sebagainya,” terangnya.
Najeela mengatakan proses tersebut bisa membantu pembelajaran anak-anak lebih santai dan dapat meringankan beban guru, orang tua, maupun anak. “Proses tersebut dapat membantu anak-anak lebih tenang saat belajar dan tidak ada beban lebih untuk guru, orang tua atau muridnya,” ujarnya.
Lain hal dengan Farha Ciciek. Aktivis perempuan asal Ambon itu mengatakan masa pandemi merupakan momentum untuk merefleksikan ulang dan bergerak bersama keluarga. Hal itu dapat dilakukan dengan beberapa hal.
Pertama, menjadikan keluarga, komunitas, atau kampung menjadi tempat pulang dan berlindung. Kedua, keragaman keluarga niscaya dalam kenyataan sosial, bukan hanya terdiri dari keluarga inti, yakni ibu, ayah, dan anak. Ketiga, pengasuhan seharusnya bukan urusan perempuan, ibu, privat, domestik saja, tapi ada dimensi sosial politik.
“Para ibu, perempuan pada masa pandemi memilik beban ganda dan banyak kekerasan akibat ini sehingga pengasuhan anak harus menjadi tanggung jawab bersama,” tutur perempuan kelahiran Surakarta, Jawa Tengah 44 tahun yang lalu itu.
Senada hal itu, Margianta Surahman menyebut, pelibatan seluruh anggota keluarga dan pendidikan alternatif bagi anak di masa pandemi penting, bukan hanya tugas individu. “Anak bukan hanya hak invidu tapi juga keluarga, komunitas sehingga perlu saling jaga terutama di masa pandemi serta memaknai keluarga harus lebih luas lagi,” pesannya.
Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Syakir NF