Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf. (Foto: NU Online/ Syifa)
Jakarta, NU Online
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim mengunjungi kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta Pusat, Kamis (20/1/2022). Kedatangannya diterima langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dan beberapa pengurus lainnya.
Kunjungan Menteri Nadiem kali ini untuk memperkuat dan membahas kelanjutan kerja sama antara PBNU dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), terutama di bidang pendidikan.
“Silaturrahim kami kali ini ke PBNU untuk membicarakan semua jenis kerja sama yang sudah dilakukan sebelumnya, dan juga potensi kerja sama ke depan. Kita punya banyak sekali persepsi dan visi yang sama, khususnya mengenai pendidikan,” kata Nadiem dalam jumpa persnya di Gedung PBNU.
Sektor pendidikan, menurutnya, sangatlah penting. Karenanya dalam kerja sama kali ini pihaknya mengupayakan transformasi pendidikan yang bukan saja mengedepankan kualitas akan tetapi memprioritaskan juga penanaman karakteristik moral yang baik.
“Kami berupaya mentransformasikan, bukan hanya kualitas pendidikan tapi juga kualitas akhlak,” ujar Nadiem.
Pernyataan Nadiem diamini oleh Ketum PBNU Gus Yahya yang juga memiliki pandangan sama soal pendidikan. Ia mengatakan aktivisme NU tidak bisa lepas dari dunia pendidikan, sehingga kerja sama dengan Kemendikbud dinilai merupakan hal yang alami.
“Pendidikan memang merupakan salah satu bagian dari cord NU, sehingga alami sekali kalau NU ini kemudian mempererat kerja sama dengan Kemendikbud,” tuturnya.
Selain itu, ia juga mengungkapkan, pertemuannya dengan Menteri Nadiem banyak membincang persoalan lain. Misalnya, tentang eksplorasi peluang dan kebutuhan kerja sama di masa depan.
“Yang menarik adalah Kemendikbud kini sedang melancarkan kampanye melawan perilaku-perilaku yang tidak layak di dunia pendidikan. Seperti perundungan, intoleransi, dan pelecehan seksual,” ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah ini.
“Dan kami sepakat bahwa hal-hal tersebut nyata ada di lingkungan pendidikan, dan harus kita lawan,” tandasnya.
Sebagai informasi, NU telah mendirikan divisi pendidikan yang terorganisir dan tetap berada dalam naungan NU yang diberi nama Lembaga pendidikan Ma’arif NU (LP Ma’arif NU). Lembaga ini merupakan salah satu departemen di lingkungan NU yang didirikan dengan tujuan mewujudkan cita-cita pendidikan NU.
Lembaga ini berfungsi sebagai pelaksana kebijakan-kebijakan pendidikan NU yang ada ditingkat pengurus besar, wilayah, cabang, dan majelis wakil cabang.
LP Ma'arif NU menaungi total 20.136 sekolah dan juga madrasah di seluruh wilayah Indonesia. Rinciannya, sekolah berjumlah 7.462 atau 39 persen, dan madrasah 12.674 atau 61 persen. Jumlah keseluruhan lembaga pendidikan tersebut meliputi madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, madrasah aliyah, SD, SMP, SMA dan SMK.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Muhammad Faizin