Pertemuan Sanad Ulama Pattani dan Betawi di Syekh Abdus Shomad Palembang
Jumat, 15 November 2019 | 14:30 WIB
Pada hari Kamis, 14 November 2019, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (Jakarta Islamic Centre/JIC) mengadakan diskusi peradaban Islam dengan tema Sejarah dan Perkembangan Islam di Pattani, Thailand Selatan dan Kontribusinya di Betawi. Diskusi digelar di Ruang Audio Visual 2 Jakarta Islamic Centre (JIC), Jakarta Utara.
Kiki menjelaskan bahwa diskusi ini diadakan sebagai sarana untuk mempublikasikan hasil riset JIC yang pernah melakukan riset lapangan ke Pattani, Thailand Selatan dari tanggal 26-29 November 2015 untuk menemukan titik sambung sanad ulama Pattani dan Betawi. Diskusi ini juga diadakan untuk menguji dan memperbarui kembali hasil riset tersebut.
Rencananya, pada tahun 2020 akan dilakukan riset lapangan lagi ke Pattani untuk menyempurnakan datanya dan hasilnya akan dibukukan.
”Titik sambung itu ditemukan pada Syekh Abdul Shomad Al-Jawi Al-Falimbani yang merupakan guru bagi sebagian ulama di Pattani dan di Betawi, penyusun kitab Hidayatus Salikin dan Sayrus Salikin yang populer di Nusantara. Salah satu sumber rujukan yang saya pakai yang menunjukkan bahwa beliau adalah ulama yang berjasa menyebarkan Islam di Pattani adalah bersumber dari buku berbahasa Arab Melayu yang berjudul Ulama Besar dari Pattani karya Ahmad Fathy al-Fatani yang diterbitkan oleh Majelis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan,” ujar Ustadz Kiki.
Ustadz Kiki menjelaskan bahwa Syekh Abdul Shomad Al-Jawi Al-Falimbani bukan sekadar datang di Pattani untuk mengajar ilmu keislaman, tetapi turut berjuang, berperang, dan melawan tentara Siam. Ia gugur dalam perjuangan tersebut. Kepalanya yang dipenggal dibawa tentara Siam ke Bangkok. Sedangkan tubuhnya dimakamkan di Kampung Bangkrak, Distrik Chana (Melayu: Chenok), Songkhla, Thailand Selatan.
Syekh Abdul Shomad Al-Falimbani dan murid-muridnya turut juga berjasa menyebarkan tarekat Sammaniyah di tanah Betawi. Bahkan ia pernah datang ke Betawi bersama Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan Syekh Abdurrahman Al-Mashri untuk meluruskan arah kiblat Masjd Al-Mansur, Sawah Lio, Jembatan Lima, Jakarta Barat pada tahun 1767 M.
Nur Rohmah menjelaskan bahwa orang Pattani telah memberikan kontribusi terhadap kehidupan dan perkembangan Islam di Betawi. Ia menyebut sejarah Kampung Melayu yang terkait dengan Wan Abdul Bagus. Wan adalah gelar sebagai orang terkemuka Melayu.
Menurut buku Asal-usul Nama Tempat di Jakarta (2004), Wan Abdul Bagus putra Ence Bagus, lahir di Patani, Thailand Selatan—yang berbatasan dengan Malaysia di Semenanjung Melayu. Dikenal sebagai sosok yang cerdas, dia dijadikan pemimpin masyarakat Melayu di Betawi dengan pangkat kapitan.
Selain itu, gurunya para ulama Betawi, Guru Marzuqi Muara, leluhur dari garis ayahnya merupakan bangsawan Pattani yang bergelar Laksamana Mayang/Melayang. Kitab-kitab Arab Melayu yang ditulis oleh ulama Pattani juga populer di masyarakat Betawi, yaitu Kitab Sullamul Mubtadî fî Ma’rifah Tharîqatil Muhtadî karya Syekh Dâwûd bin ‘Abdullâh al-Fathânî (dikenal dengan Syekh Dawud Pattani, wafat 1847 M) dan Kitab Tanbihul Ghafilin versi aksara Arab Melayu yang ditulis oleh Syekh Abdullah bin Abdul Mubin al-Fathani al-Syafi’i.
Pewarta: Alhafiz Kurniawan