Nasional

Pimpin Pesantren Tebuireng, Ini Komitmen Gus Kikin ke Depan

Selasa, 18 Februari 2020 | 07:00 WIB

Pimpin Pesantren Tebuireng, Ini Komitmen Gus Kikin ke Depan

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin). (Foto:NU Online/Syamsul Arifin)

Jombang, NU Online
Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur kini dipimpin KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) menggantikan almarhum KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Salah satu pesantren yang cukup besar di Indonesia ini masih menjadi rujukan beberapa santri tanah air. Perjuangan dan kiprah muassis dan penerusnya mampu menjadikan Pesantren Tebuireng demikian membanggakan.
 
Posisi Gus Kikin sebagai pengasuh Pesantren Tebuireng dipersiapkan langsung oleh Gus Sholah menggantikan dirinya sebelum wafat. Tepat pada 31 Januari 2019 lalu Gus Sholah mengundang keluarga besar Pesantren Tebuireng, mereka adalah orang-orang yang memiliki nasab yang tersambung langsung dengan Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari. Pada forum ini kemudian Gus Sholah membahas terkait wakilnya, Gus Kikin. Forum itu juga menyepakati Gus Kikin sebagai wakil pengasuh.
 
Sebelum jauh melangkah, Gus Kikin mengaku belakangan gencar melakukan konsolidasi di internal Pesantren Tebuireng. Mulai jajaran pengelola pesantren hingga stakeholder di lingkungan pendidikan formal. Hal ini menjadi prioritas dalam jangka waktu pendek untuk membangun kesolidan dan menyamakan misi dalam meneruskan peninggalan-peninggalan muassis Pesantren Tebuireng dan generasi-generasi setelahnya.
 
"Dalam waktu pendek ini saya konsolidasi internal, di Pondok Pesantren Tebuireng ini kan ada beberapa lembaga," katanya kepada NU Online saat ditemui di ndalem kesepuhan, Kamis (13/2) lalu.
 
Langkah-langkah Gus Sholah dalam memajukan Pesantren Tebuireng yang sudah dirintis sebelumnya akan diteruskan oleh Gus Kikin. Di antaranya seperti pengembangan Pesantren Tebuireng melalui pendirian sejumlah cabang di berbagai daerah. Kini Pesantren Tebuireng sudah berdiri 15 pesantren, terakhir berdiri di Samarinda.
 
Gus Kikin mengaku cabang-cabang Pesantren Tebuireng yang sudah berjalan itu akan terus dikembangkan. Hal ini penting dilakukan demi terwujudnya syiar agama Islam sebagaimana yang dilakukan oleh Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari dan generasi-generasi penerusnya. Melalui cabang pesantren itu, ajaran Islam kian membumi di Nusantara.
 
"Terakhir saya ke Samarinda melakukan peletakan batu pertama cabang Pesantren Tebuireng 15 pada 2019 kemarin," ujarnya.
 
Bahkan menurutnya, pengembangan sejumlah cabang Pesantren Tebuireng tersebut menjadi langkah prioritas setelah dirinya melakukan konsolidasi dengan internal stakeholder pesantren dan lembaga pendidikan formal Tebuireng. Beberapa daerah yang telah berdiri cabang Pesantren Tebuireng antara lain di Pandeglang, Banten, Indragiri Hilir, Riau, dan Rejang Lebong, Bengkulu.
 
"Jangka pendek dan menengah ya kita mengembangkan cabang-cabang pesantren Tebuireng, pembangunan fisik gedung hingga ke kampus. Itu kan masih banyak yang perlu dilanjutkan," ungkapnya.
 
Dunia pesantren memang tidak bisa lepas dengan perihal ajaran agama Islam. Antarkeduanya harus saling menyatu, terlebih keberadaan pesantren harus senantiasa mendukung mensyiarkan ajaran-ajaran agama Islam. Seperti halnya Pesantren Tebuireng, selama ini komitmen menguatkan ajaran-ajaran keagamaan. Pesantren ini juga berupaya menangkap perkembangan zaman dengan tidak menghilangkan nilai-nilai dan prinsip keagamaan. Sehingga pengetahuan atau sains di sini terus berkembang, terbukti dengan adanya SMA Transains Tebuireng.
 
Menurut pandangan Gus Kikin, pesantren memang harus mampu melahirkan santri-santri yang cakap dalam berbagai bidang, di samping bidang agama yang paling utama, bidang pengetahuan umum juga tak boleh dilewati. Pesantren sebagai induk atau wadah penggemblengan santri, harus bisa menjawab kebutuhan-kebutuhan santri dalam meningkatkan potensi-potensinya.
 
"Kita harus mengisi bidang-bidang, terutama bidang agama, karena ini sangat penting dengan pengaruh luar biasa, pengaruh global, kemudian datangnya informasi yang demikian cepat di gatget," tuturnya.
 
Pola Kepemimpinan Pesantren Tebuireng
Secara spesifik, Gus Sholah tidak mewarisakan pola kepemimpinan Pesantren Tebuireng kepada Gus Kikin. Pasalnya, memimpin sebuah organisasi secara umum nyaris tidak ada perbedaan, begitu juga dengan dunia pesantren. Yang paling penting adalah komitmen untuk memajukan sebuah organisasi. Dalam pandangannya Gus Sholah, Gus Kikin dinilai mampu melanjutkan laju kepemimpinan Gus Sholah dengan bekal pengalaman beberapa organisasi dan perusahaan yang dia pimpin selama ini.
 
"Tidak ada. Dan beliau tidak pernah menekankan sesuatu untuk bagaimana memimpin. Jadi beliau selalu ngomong, sampean kan sering memimpin, karena di dalam manajemen kan ada beberapa perusahaan. Atas dasar itulah Gus Sholah mengatakan, iya sudah lah nanti cari tahu sendiri nanti sampean akan tahu sendiri," ujarnya.
 
Yang menjadi prinsip dirinya dalam memimpin adalah segala hal yang sudah diwariskan oleh pendiri Pesantren Tebuireng, Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari. Gus Kikin mengaku perlu melakukan kajian-kajian lebih mendalam tentang pola yang sudah dilakukan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) pada masanya. Termasuk mendalami sejumlah kitab yang dia karangnya.
 
Demikian itu menurutnya cukup bisa menjadi pegangan dalam memimpin Pesantren Tebuireng ke depan. "Nah saya perlu mendalami lagi apa yang ditinggalkan oleh muassis Pesantren Tebuireng Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari, itu yang akan diperkuat. Termasuk kitab-kitabnya mungkin juga perlu untuk kita gali, paling tidak di kitab Irsyadus syari kita juga belum tuntas menggali apa yang ditinggalkan oleh Hadratussyekh," jelasnya.
 
Ia mengemukakan, salah satu yang diajarkan Mbah Hasyim adalah selalu bermusyawarah membahas segala persoalan yang terjadi, begitu juga degan topik kemajuan syiar agama melalui pesantren. Forum-forum musyawarah seperti itu diakui Gus Kikin juga dilakukan saat kepemimpinan Gus Sholah dan akan dilanjutkan di masa kepemimpinannya.
 
"Saya tetap memperdalam apa yang dilakukan oleh Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari di sini. Beliau awal-awal kan selalu musyawarah. Dan forum-forum musyawarah ini juga sudah dimulai oleh Gus Sholah, misalnya majelis keluarga. Jadi ada sembilan orang dari majelis keluarga, itu masing-masing mewakili dari putra Hadratussyekh. Ada banyak hal yang dibahas," pungkasnya. 
 
Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Muhammad Faizin